Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi di Filipina melaju ke level tercepat dalam 20 bulan di bulan November karena kenaikan biaya makanan dan minuman.
Hal ini memberikan alasan bagi bank sentral untuk menghentikan penurunan suku bunga lebih lanjut.
Harga konsumen bulan lalu naik 3,3 persen dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan 2,5 persen pada Oktober, dikutip dari rilis Otoritas Statistik Filipina, Jumat (4/12/2020).
Sementara itu, inflasi tahun kalender mencapai 2,6 persen atau tetap berada pada sasaran inflasi yang ditetapkan 2,4 persen - 2,6 persen.
Inflasi bahan pangan sendiri mencapai 4,5 persen pada November lalu atau naik dibandingkan 2,1 persen pada Oktober.
Kenaikan ini dipicu oleh bencana topan Goni pada awal November lalu.
Baca Juga
Angka November melebihi estimasi median sebesar 2,6 persen dalam survei Bloomberg dan bank sentral sendiri memperkirakan inflasi akan berada pada kisaran 2,4 persen-3,2 persen.
Inflasi yang jinak memungkinkan pembuat kebijakan moneter untuk memangkas suku bunga utama ke rekor terendah 2 persen pada bulan lalu.
Langkah ini dilakukan untuk mempercepat pemulihan negara yang lamban akibat pandemi.
Pertemuan pengaturan suku bunga dijadwalkan pada 17 Desember 2020.
"Mereka kemungkinan akan menahan dan menilai arah umum inflasi," kata Kepala Ekonom di Security Bank Corp. Dan Roces, seperti dikutip dari Bloomberg.
Sebelumnya, Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas Benjamin Diokno mengatakan risiko terhadap prospek inflasi tetap menurun karena peso yang kuat dan belanja konsumen yang mulai naik.
Diokno memperingatkan bahwa tindakan kebijakan moneter bank mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk berdampak pada ekonomi.
Peso berada di level 48,035 per dolar AS pada 09:13 pagi waktu setempat. Level tertinggi sejak September 2016 dan naik 5,4 persen sepanjang tahun ini.