Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Sakakemang Disepakati, Pengembangan Bisa Berlanjut

Dengan kesepakatan itu, proses plan of development (PoD) bisa dilanjutkan dalam beberapa waktu ke depan.
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi menuturkan bahwa diskusi terkait dengan harga gas untuk pengembangan Blok Sakakemang di Musi Banyuasin, Sumatra Selatan telah menemui kesepakatan.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan kajian dan telah mengikuti aturan pemerintah untuk menggunakan harga gas domestik.

"Sudah setujui IRR [internal rate of return] dan setelah diskusi dengan ESDM dan SKK Migas. Kemarin kami sudah submit hasilnya," ujarnya dalam sebuah webinar, Kamis (19/11/2020).

Menurut dia, hasil dari kesepakatan tersebut sudah sejalan dengan aturan pemerintah, terutama dengan pengaturan harga gas khusus industri US$6 per MMBtu.

Dwi mengungkapkan bahwa dengan kesepakatan itu, proses plan of development (PoD) bisa dilanjutkan dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, proyek pengembangan Blok Sakakemang turut mendapat perhatian serius dari pemerintah.

"Ya, PoD tahun ini, kami harapkan satu atau 2 pekan kedepan," ungkapnya.

Sebelumnya, Dwi mengatakan bahwa PoD tahap 1 Blok Sakakemang ditargetkan bisa dimulai pada Oktober 2020 setelah pembahasan harga gas disepakati.

"Saat ini diskusi kami dengan Repsol bagaimana menurunkan investasi segera mungkin bisa diselesaikan. Kami berharap pada September, Oktober Sakakemang ini ada kejelsan PoD tahap 1," katanya beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan bahwa kelanjutan proyek Blok Sakakemang menemui permasalahan terkait dengan keekonomian proyek yang terdampak penurunan harga gas US$6 per MMBtu.

Repsol, kata Dwi, menargetkan harga gas US$7 per MMBtu agar sesuai dengan keekonomian proyek tersebut. Pasalnya, dengan penurunan harga pada level US$6, harga gas dari Bloksakakemang menjadi US$5,4 per MMBTu.

Adapun, PoD tahap 1 Blok Sakakemang tersebut dalam rangka mempercepat produksi dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.

"PoD tahap 2 dengan cadangan lebih besar seharusnya lebih mudah mencapai keekonomian, karena PoD tahap 1 ini cadangan kecil, investasinya relatif lebih banyak," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper