Bisnis.com, JAKARTA - Sampai dengan Oktober 2020, realisasi ekspor batu bara Indonesia baru mencapai 58,81 persen dari target tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan kontraksi di sektor pertambangan batu bara. Kontraksi tecermin dari masih rendahnya realisasi ekspor, permintaan domestik, dan turunnya harga batu bara.
"Ekspor batu bara targetnya 395 juta ton, per Oktober baru mencapai 58,81 persen atau 232,3 juta ton," ujar Airlangga dalam konferensi virtual APBI-ICMA, Selasa (27/10/2020).
Permintaan domestik batu bara atau DMO juga diperkirakan hanya bisa mencapai sekitar 141 juta ton hingga akhir tahun ini. Proyeksi tersebut berada di bawah target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 155 juta ton.
Pandemi Covid-19, kata Airlangga, juga telah membuat harga komoditas batu bara anjlok dari US$66,89 per ton pada Februari 2020 menjadi hanya US$49,42 per ton pada September 2020.
Untuk mengantisipasi lemahnya permintaan batu bara, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan saat ini asosiasi tengah aktif bekerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia di berbagai negara untuk membuka potensi pasar baru bagi batu bara Indonesia, seperti di Pakistan, dan Bangladesh.
Baca Juga
Selain itu, Hendra juga melihat Asia Tenggara sebagai pasar yang cukup potensial untuk batu bara Indonesia ke depan.
"Pasar Asia Tenggara sangat penting untuk masa depan kita. Jika kita gabungkan Asean sebagai single market, itu peringkat nomor tiga setelah China dan India. Kami berharap potensi permintaan batu bara dari Asia Tenggara, terutama didorong oleh Vietnam," katanya.