Bisnis.com, JAKARTA - Indeks inflasi pada indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan akan berada pada level yang rendah pada akhir 2020 seiring dengan daya beli yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.
Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memproyeksi angka inflasi pada akhir tahun sebesar 1,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Eric mengatakan rendahnya inflasi tersebut dipengaruhi oleh masih lemahnya tekanan inflasi di sisi permintaan, meningkatnya pasokan barang dan jasa secara bertahap karena pembukaan sektor-sektor perekonomian, serta angka inflasi tahun berjalan (year-to-date/ytd) yang rendah.
"IKS Universitas Kebangsaan RI merevisi proyeksi angka inflasi menjadi 1,2 persen yoy di akhir tahun 2020, dari proyeksi sebelumnya di 2,5 persen yoy," katanya dalam siaran pers yang dikutip Bisnis, Senin (26/10/2020).
Adapun, sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan inflasi akan berada di bawah 2 persen pada akhir 2020 karena masih lemahnya permintaan masyarakat akibat wabah Covid-19.
Proyeksi BI untuk angka inflasi tersebut lebih rendah daripada rentang target inflasi BI, 2 persen hingga 4 persen.
Menurut Gubernur BI, faktor lain yang ikut berperan pada rendahnya inflasi per akhir tahun ini adalah terjaganya ekspektasi inflasi para pelaku ekonomi, stabilitas nilai tukar rupiah, ketersediaan pasokan panen di sejumlah sentra produksi, serta harga komoditas pangan yang rendah.
BI memperkirakan laju inflasi akan kembali meningkat pada 2021 dalam rentang target inflasi BI yang sebesar 2 persen hingga 4 persen, seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia.