Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) siap memasok bahan baku untuk pembangkit listrik berbahan bakar biomassa maupun program co-firing biomassa pada PLTU.
Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo menilai paradigma pemenuhan energi biomassa dari bahan baku limbah perlu diubah. Pemenuhan bahan baku pembangkit biomassa bisa dipenuhi dari hutan tanaman energi (HTE) untuk menjamin keberlanjutan pasokan.
"Kita diuntungkan karena iklim tropis sehingga pohon tumbuh sepanjang tahun. Tapi permasalahannya, kita masih bicara (energi biomassa) dari limbah, belum bicara dari HTE," ujar Indroyono dalam dalam FGD Nasional Co-firing Biomassa pada PLTU secara virtual, Jumat (16/10/2020).
Dia menuturkan, sampai saat ini terdapat 34 pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) yang mendukung pembangunan HTE.
Sebanyak 10 IUPHHK-HTI dengan luas izin 297.645 hektar telah menjadikan HTE sebagai bagian dari rencana kerja perusahaan dengan luas alokasi untuk energi seluas kurang lebih 87.000 hektar.
Sedangkan 24 IUPHHK-HTI dengan luas izin kurang lebih 79.000 hektar telah berkomitmen mengembangkan HTE. Pada 2025, diharapkan terdapat 50 HTE dengan luas 442.000 hektar.
Baca Juga
Namun, menurut Indroyono, pengembangan biomassa dari bahan baku kayu masih terkendala persoalan keekonomian. Saat ini, harga pelet dari kayu masih terlalu mahal sehingga tidak cocok untuk pembangkit listrik biomassa di dalam negeri.
Di sisi lain, pengusaha masih mengutamakan pelet dari kayu untuk diekspor karena lebih menguntungkan.
"Sebagian sebenernya sudah masuk ke energi biomassa, tapi biasanya dipakai untuk kebutuhan sendiri, belum bisa dijual karena harganya masih belum bisa pas antara pengguna, yaitu PLN, berdasarkan kebijakan Kementerian ESDM, dan dibandingkan dengan eskpor," katanya.
"Kami sudah siap masuk ke sana, tapi selama ini sebagian besar kami ekspor. Jadi harus ada integrasi kebijakan sektor kehutanan dan energi," imbuhnya.
Saat ini, PT PLN (Persero) tengah melakukan uji coba co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) miliknya sebagai upaya untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional.
Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan terdapat sejumlah faktor kunci keberhasilan program co-firing, antara lain ketersediaan bahan baku yang keberlanjutan, regulasi yang mendukung, skema insentif untuk pendanaan, dan kesiapan dari teknologi.