Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DBS Bank Prediksi Utang Negara 2021 Sekitar 40 Persen dari PDB

Tahun ini saja, pemerintah memperkirakan posisi utang Indonesia akan mencapai 37,6 persen dari PDB. Peningkatan ini dipicu oleh pembiayaan yang digulirkan untuk membantu penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Managing Director and Chief Economics Group Research DBS Bank Taimur Baig / Bisnis-Jaffry Prabu Prakoso
Managing Director and Chief Economics Group Research DBS Bank Taimur Baig / Bisnis-Jaffry Prabu Prakoso

Bisnis.com, JAKARTA - Managing Director and Chief Economics Group Research DBS Bank Taimur Baig mengungkapkan bahwa tahun ini Indonesia mendekati angka 40 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Pada 2021 utang negara lebih sedikit dari 40 persen,” jelas Taimur dalam diskusi virtual, Kamis (15/10/2020).

DBS Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai -2 persen. Angka ini jauh lebih dalam dari prediksi IMF sebesar -0,2 persen.

Managing Director and Chief Economics Group Research DBS Bank Taimur Baig mengatakan bahwa untuk tahun depan pertumbuhan diperkirakan 4 persen. Lebih rendah dari IMF sebesar 6 persen.

“Untuk proyeksi defisit fiskal tahun ini, Indonesia lebih dari -5 persen dari produk domestik bruto. Begitu pula pada tahun 2021,” katanya.

Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2021, postur pendapatan negara sementara sebesar Rp1.743,6 triliun.

Belanja negara Rp2.750 triliun dengan keseimbangan primer Rp633,1 triliun. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 defisit Rp1.006,3 triliun atau 5,7 persen.

Sementara untuk asumsi makro tahun depan, pertumbuhan ekonomi disepakati 5 persen. Laju inflasi 3 persen. Untuk nilai tukar, dipatok Rp14.600 dengan tingkat suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,29 persen.

Pada Agustus lalu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengatakan dengan asumsi defisit 6,34 persen, maka posisi utang Indonesia terhadap PDB akan mencapai 37,6 persen tahun ini.

"Ini memang menjadi risiko dan harus selalu dipantau," kata Febrio dalam diskusi virtual, Rabu (19/8/2020).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper