Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyebut masih mendekati pemasok bahan bakar minyak untuk membuat penampungan bahan bakar minyak dan gas alam cair di Indonesia.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa terkait dengan rencana supplier held stock (SHS) itu, pada saat ini perseroan masih memasuki tahap pengkajian.
Fajriyah menjelaskan kajian tersebut terkait dengan target waktu dan juga kapasitas yang akan disimpan oleh pemasok di Indonesia. Nantinya, hal itu akan menyesuaikan dengan kesepakatan-kesepakatan dengan pemasok.
Dia menjelaskan, rencana itu pada konsepnya adalah mengingat selama ini Pertamina melakukan impor dari negara lain dan mengambil sendiri dan kemudian disimpan sebagai inventory Pertamina.
Baca Juga
Namun, ketika ada situasi seperti saat ini yakni permintaan BBM rendah, inventory cost Pertamina naik, dan dan biaya transfer yang juga tinggi.
"Kita sedang approach agar supplier tersebut bisa membangun tangki storage sendiri di Indonesia, sehingga ketika Pertamina butuh tambahan, maka bisa langsung disalurkan dan baru diperhitungkan biayanya. Namun pastinya semua tetap dalam koridor keekonomian yang baik, lebih efisien dan efektif dari pola yang saat ini berjalan," katanya kepada Bisnis, Jumat (2/10/2020).
Adapun, Fajriyah mengatakan rencana skema SHS masih difokuskan untuk dijalankan untuk LPG lebih dulu.
Saat ini, Pertamina sudah memiliki fasilitas tangki Terminal LPG Refrigerated terbesar di Pulau Jawa yang terletak di Tanjung Sekong.
"Kapasitas 2x44.000 MT, yang dibangun Pertamina tahun lalu dan sudah mulai beroperasi awal 2020," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan pihaknya sedang mengkaji skema pengadaan BBM dan LPG yang disebut dengan SHS.
Mulyono menjelaskan, dalam skema itu, pengadaan atau impor BBM dan LPG akan dilakukan melalui skema kontrak jangka panjang dan meminta setiap pemasok untuk menyimpan BBM dan LPG tersebut yang sebelumnya di Singapura menjadi di Indonesia.
"Pokoknya saya mau beli yang disiapkan storage-nya di Indonesia, sekarang ini kami minta storage ini dalam waktu 10 tahun harus jadi miliknya Pertamina," katanya.