Bisnis.com, JAKARTA - Sistem makanan global dianggap paradoks. Berdasarkan penelitian, ada biaya tersembunyi yang ditimbulkan pada pola konsumsi, produksi pangan, dan tata guna lahan.
Food and Land Use (Folu) Co-chair for Country Programs Nirarta Samadhi mengatakan bahwa sebesar US$12 triliun gap dari biaya tersembunyi untuk seluruh dunia selama setahun.
“Tanpa perubahan, ini akan meningkat US$4 triliun pada 2050,” katanya dalam diskusi virtual, Rabu (30/9/2020).
Biaya tersembunyi di Indonesia juga cukup besar. Nirarta memprediksi US$62,7 miliar dalam setahun. Jumlah ini dihitung berdasarkan hasil makanan yang diakibatkan pada lingkungan, polusi, dan kesehatan.
“Kita tahu tidak seharusnya memilih antara pertumbuhan ekonomi dan kelangsungan hidup,” jelasnya.
Romauli Panggabean Peneliti Folu mengatakan bahwa biaya tersembunyi tersebut menjadikan produk makanan yang harus dibayar lebih mahal.
“Itu karena kita harus membayar biaya tersembunyi untuk malnutrisi, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Artinya eksternalitas negatifnya lebih besar daripada harga yang kita bayar,” katanya.