Bisnis.com, PALEMBANG – PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang menyiapkan stok pupuk urea bersubsidi sebanyak 201.557,61 ton untuk memenuhi kebutuhan petani selama musim tanam terakhir tahun 2020.
Manajer Humas PT Pusri Palembang, Soerjo Hartono, mengatakan stok tersebut telah disiapkan per 22 September 2020.
“Pupuk bersubsidi tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan petani sampai tiga bulan ke depan,” katanya, Kamis (24/9/2020).
Soerjo mengatakan petani di lapangan kini memang sedang menyiapkan masa tanam yang biasanya berlangsung pada bulan Oktober.
Menurut dia, selain pupuk urea, perusahaan juga menyiapkan stok pupuk NPK bersubsidi sebanyak 10.182,10 ton untuk petani.
Sementara terkait penyaluran, hingga tanggal 22 September 2020, Pusri telah menyalurkan pupuk urea bersubsidi sebesar 848.477,10 ton dan pupuk NPK bersubsidi sebesar 93.732,15 ton.
Baca Juga
Adapun pupuk bersubsidi tersebut disalurkan pihaknya sesuai rayon wilayah yang ditetapkan induk perusahaan, PT Pupuk Indonesia (Persero), yakni Sumsel, Lampung, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
“Kami juga terus melakukan pengawasan terhadap stok pupuk bersubsidi di Lini IV (kios pengecer) agar tidak terjadi kelangkaan pupuk,” katanya.
Soerjo menerangkan pengecer juga diwajibkan untuk mempunyai stok kebutuhan satu minggu ke depan.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Sumsel, Ilfantria, mengatakan sawah yang masuk masa tanam Oktober adalah sawah pasang-surut.
“Ada sekitar 200.000 hektare sawah pasang-surut. Kondisi iklim saat ini cukup menguntungkan buat petani karena September pun sudah ada hujan,” katanya saat dihubungi Bisnis.
Ilfantria menerangkan kondisi cuaca tersebut juga membuat sebagian petani pun telah mempercepat masa tanam pada bulan September, salah satunya petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Adapun sawah pasang-surut juga tersebar di sejumlah daerah lainnya, seperti Kabupaten Banyuasi dan Musi Banyuasin.
Menurut dia, jika petani telah mempercepat masa tanam diharapkan pada bulan Desember dapat panen.
“Jika panen pada akhir tahun biasanya petani bisa dapat harga jual yang cukup tinggi, bisa Rp5.000 per kilogram, karena pada periode tersebut petani di Jawa tidak terlalu banyak panen,” katanya.
Dengan demikian, nilai tukar petani (NTP) yang menjadi tolok ukur kesejahteraan petani cenderung meningkat pada bulan Desember seiring harga gabah kering panen (GKP) yang meningkat.