Bisnis.com, JAKARTA — Industri batu bara tengah menghadapi tekanan berat di tengah pandemi Covid-19. Pengusaha batu bara pun memutar otak untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya di tengah pelemahan permintaan dan harga batu bara.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk. Garibaldi Thohir mengatakan bahwa fluktuasi harga batu bara merupakan hal yang tidak bisa dikontrol oleh perusahaan.
Oleh karena itu, efisiensi operasional dan disiplin pengeluaran menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan usaha.
"Tambang kami tambang tua, sulit untuk lakukan cutting cost, tetapi kami punya strategi tiap hari harus ada improvement. Kami harus sangat detail, 1 sen, 2 sen, sangat penting sekali. Di sini kami dituntut untuk survive, kuncinya cash flow paling utama," ujarnya dalam sebuah webinar, Jumat (18/9/2020).
Dia menuturkan bahwa dalam kondisi sulit ini, Adaro pun harus memangkas target produksinya tahun ini dari semula sekitar 57 juta—58 juta ton menjadi 55 juta—56 juta ton.
Selain efisiensi, menurutnya, menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan dengan protokol kesehatan yang ketat juga menjadi kunci paling penting untuk menjaga kegiatan produksi berjalan lancar.
"Sampai hari ini operasional Adaro masih berjalan lancar. Masih bisa achieve target produksi 55 [juta]—56 juta [ton]," katanya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa dampak pandemi Covid-19 telah mengakibatkan penurunan kebutuhan batu bara di pasar global. Kinerja ekspor batu bara pun mengalami penurunan 11 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 266 juta ton. Volume ekspor batu bara hingga Juli 2020 tercatat hanya mencapai 238 juta ton.
Penurunan juga dipengaruhi adanya kebijakan negara importir utama batu bara, yakni India dan China, yang lebih memprioritaskan pemanfaatan batu bara produksi dalam negeri.
Pembatasan impor batu bara oleh China dan India, serta berkurangnya permintaan batu bara dari Korea Selatan, Filipina, dan Jepang menyebabkan kondisi kelebihan pasok batu bara di pasar global. Hal ini mengakibatkan jatuhnya harga batu bara di pasar internasional.
Harga batu bara acuan (HBA) pada September 2020 turun hingga US$49,42 per ton atau turun 25 persen dibandingkan dengan HBA Januari 2020 US$65,93 per ton.
Menurut Arifin, HBA pada September 2020 merupakan yang terendah sejak 2009.