Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Sebut Jokowi Lobi Xi Jinping Terkait Impor Batu Bara

Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), sekitar 33 persen dari total ekspor batu bara Indonesia tahun lalu ditujukan ke China, 27 persen ke India, dan sisanya ke negara-negara Asia lainnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo telah melobi Presiden China Xi Jinping untuk mengimpor batu bara dari Indonesia.

Menurut Luhut, China telah mengurangi impor batu bara dari pasar global sekitar 300 juta ton. Pengurangan impor ini karena Negeri Tirai Bambu itu lebih memprioritaskan pemanfaatan batu bara produksi dalam negerinya.

"Presiden sudah bicara dengan Presiden Xi Jinping mengenai masalah ini. Presiden minta kepada ke Presiden Xi Jinping kalau boleh mungkin masih impor dari kita, mungkin 100 juta (ton) atau berapa sehingga itu nanti bisa membangun produksi industri batu bara kita," ujar Luhut dalam acara The 5th Save Indonesian Coal 2020, Senin (14/9/2020).

Namun, Luhut tak menjelaskan lebih lanjut bagaimana respon pemerintah China terkait permintaan Presiden Jokowi tersebut.

Adapun China merupakan negara tujuan ekspor batu bara utama Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), sekitar 33 persen dari total ekspor batu bara Indonesia tahun lalu ditujukan ke China, sekitar 27 persen ke India, dan sisanya ke negara-negara Asia lainnya.

Sedangkan sepanjang Januari-Juli 2020, volume ekspor batu bara Indonesia tercatat mencapai mencapai 238 juta ton atau turun 11 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 266 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 83,01 juta ton dieskpor ke China.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa industri batu bara kini berada dalam survival mode atau mode bertahan hidup di tengah tantangan tren penurunan harga dan permintaan batu bara.

Dia menuturkan, sebagai dampak pandemi Covid-19 permintaan batu bara global diproyeksikan terkoreksi signifikan hingga 100 juta ton. Koreksi permintaan terbesar berasal dari dua negara utama pengimpor batu bara, yakni China dan India.

"Ini historical penurunan terbesar sepanjang sejarah menurut beberapa analis," kata Hendra pada awal September lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper