Bisnis.com, JAKARTA – Lalu lintas penerbangan internasional telah mengalami anjlokan penumpang sejak awal tahun terimbas pandemi dan sebelum bertambahnya jumlah negara yang membatasi wilayahnya bagi Warga Negara Indonesia (WNI).
VP Corporate Secretary PT Angkasa Pura I Handy Heryudhitiawan mengatakan seluruh penerbangan komersial dan regular internasional sudah ditutup sejak masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Mei lalu.
Handy menekankan penerbangan internasional yang diperbolehkan pada masa PSBB dan adaptasi kebiasaan baru adalah penerbangan repatriasi, penerbangan kargo, dan penerbangan darurat lainnya.
“Sejak penerbangan internasional komersial ditutup akibat PSBB, semua penerbangan komersial internasional tidak beroperasi,”jelasnya, Minggu (13/9/2020).
Menurutnya, sejalan dengan penutupan penerbangan internasional regular atau komersial pergerakan penerbangan dan penumpang internasional juga menurun.
Pada semester I/2020 pergerakan penumpang internasional hanya mencapai 3,2 juta orang. Sebaliknya, pergerakan penumpang internasional pada semester I/2019 mencapai lebih dari 8,3 juta penumpang atau turun sekitar 61,3 persen.
Baca Juga
Selain itu pada periode 25 April - 31 Agustus 2020, pergerakan penerbangan irregular termasuk di dalamnya charter flight, repatriation flight, medivac flight, dan military flight mencapai 8.149 penerbangan. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu pergerakan penerbangan regular domestik mencapai 46.276 penerbangan.
Sementara itu, VP Corporate Secretary Angkasa Pura II Yado Yarismano menjelaskan pergerakan untuk rute internasional saat ini masih belum banyak dibandingkan dengan pergerakan pesawat dan penumpang domestik.
“Karena memang untuk internasional ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara tujuannya. Saat ini untuk penerbangan internasional memang rata-rata adalah penerbangan repatriasi yang perharinya sekitar 1.000-1.300 penumpang,” jelasnya.
Saat ini untuk memaksimalkan bisnis di luar sektor penumpang, AP II sedang memproses rencana mitra strategis di Bandara Kualanamu dengan target pada awal tahun depan sudah mendapatkannya pada awal tahun depan.
Selain itu operator pelat merah itu juga memnfaatkan aset-aset tanah korporasi yang dikerjasamakan untuk pembangunan Aero City di Bandara Kualanamu dan juga Pontianak.