Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) berharap agar pembangunan jalan karet atau rubber road tidak dijadikan sebagai bahan kampanye kepala daerah. Selain itu, asosiasi berharap agar pemangku kepentingan bersabar menunggu hasil penelitian bahan baku konstruksi jalan karet.
Ketua Umum Dekarindo Azis Pane mengatakan saat ini Pusat Penelitian dan Pengembagnan (Puslitbang) Bogor saat ini sedang meneliti tiga kandidat bahan baku jalan karet, yakni crumb rubber, lateks keras, dan ban bekas yang dicacah. Menurutnya, saat ini penelitian tersebut belum menemukan titik cerah.
"Jadi, tunggu dulu. Survei masih berjalan untuk melihat karet apa yang bisa dipakai. Jangan digunakan isu [jalan] karet ini untuk pilkada [pemilihan kepala daerah]," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/9/2020).
Isu yang Azis maksud adalah pengoperasian pabrik aspal karet di Musi Banyuasin, Palembang. Seperti diketahui, Pabrikan tersebut akan mengolah lateks keras yang akan diolah dari 80 Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet Rakyat (UPPB).
Secara teknis, lateks padat tersebut akan menjadi bahan campuran aspal hotmix untuk yang digunakan dalam pembangunan jalan karet. Adapun, kandungan karet pada jalan karet olahan pabrik tersebut adalah sekitar 7 persen.
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin berargumen pengoperasian pabrik aspal karet dengan menggunakan lateks padat akan mensejahterakan petani karet. Namun demikian, Azis berkata lain.
Baca Juga
Azis menilai pencampuran lateks padat kepada aspal hotmix tidak efisien lantaran pengolahan lateks padat menjadi sarung tangan karet akan menghasilkan nilai tambah ayng lebih tinggi. Sejauh ini, Azis mendata hampir seluruh lateks untuk produksi sarung tangan karet di dalam negeri diimpor dari Vietnam.
"[Petani karetnya] bukan sejahtera, mereka keliru. Kenapa mau jual lateks padat untuk jalan, sayang dong. Lebih baik untuk pabrik sarung tangan karet," ucapnya.
Azis menyarankan agar pemangku kepentingan tidak terlalu berpuas diri dengan capaian pembangunan jalan karet di dalam negeri. Pasalnya, realisasi pembangunan jalan karet baru mencapai 11 Km dengan proyek pipeline sekitar 43 Km, sedangkan jalan karet di Malaysia dan Thailand masing-masing sekitar 180.000 Km.
Oleh karena itu, lanjutnya, penyelesaian penelitian jenis karet yang dapat digunakan dalam campuran aspal menjadi penting agar dapat mengejar ketertinggalan tersebut.
Asisten Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Uhendi Haris menyarankan agar pembuatan aspal menggunakan karet memakai bahan baku karet padat berkualitas Standar Indonesian Rubber (SIR) 20. Pasalnya, produksi karet berbentuk lateks masih domestik masih kecil.
“Memang teknologi yang tersedia dengan [menggunakan] latex, tapi di Indonesia ini sangat sedikit juga [volumenya]. Kalau untuk keperluan pabrik sarung tangan [medis] saja harus impor, jadi gunakanlah [karet] SIR 20,” paparnya kepada Bisnis.
Uhendi menambahkan produksi karet pada akhir tahun lalu mencapai sekitar 3,6 juta ton. Adapun, produksi karet SIR 20 mendominasi sebanyak 96,7% dari total produksi.
Uhendi berujar penggunaan karet dalam pembuatan aspal akan menambah biaya produksi, namun juga akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Uhendi menyampaikan dari beberapa simulasi ditemukan bahwa penggunaan karet dalam pembuatan aspal akan menambah biaya pembuatan aspal sebesar 20% dan meningkatkan kualitas jalan sebesar 50%.