Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyatakan target penjualan ritel modern tahun direvisi menjadi 1 - 2 persen dengan nilai total penjualan Rp40 - 42 triliun per semester atau sekitar 30 persen dari total perkiraan realisasi tahun ini, yakni Rp135 triliun.
Sebelumnya, target pertumbuhan penjualan ritel modern dipatok 3 - 4 persen
"Karena situasi belum bersahabat, target penjualan tahun ini direvisi menjadi 1- 2 persen dengan nilai total sekitar Rp40 - 42 triliun per semester," ujar Roy kepada Bisnis, Selasa (4/8/2020).
Berdasarkan perkiraan tersebut, total penjualan tahun ini bakal sangat melambat jika dibandingkan dengan 2019 lalu yang mana jumlahnya mencapai Rp270 triliun.
Belum membaiknya daya beli masyarakat dan belum maksimalnya penyaluran stimulus oleh pemerintah masih menjadi penyebab utama.
Rendahnya daya beli masyarakat akibat upaya efisiensi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan gaji karyawan, dan penyempitan biaya operasional yang dilakukan perusahaan dinilai membuat penjualan di industri ritel modern pada semester kedua stagnan.
Selain itu, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah dalam beberapa bulan belakangan dinilai belum memberikan efek signifikan.
"Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil masih -20,6 persen. Membaik pada Juni 2020 menjadi -14 persen. Tapi itu tidak signifikan karena masih minus," jelasnya.