Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Anjlok, Kini Utilitas Industri AMDK Tembus 80 Persen

Utilitas industri air minum dalam kemasan (AMDK) kembali meningkat menjadi 80 persen usai sebelumnya sempat anjlok hingga 50 persen.
Ilustrasi air minum dalam kemasan (AMDK)./ Dok. Istimewa
Ilustrasi air minum dalam kemasan (AMDK)./ Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Utilitas industri air minum dalam kemasan (AMDK) menunjukkan perbaikan hingga menjadi 80 persen saat memasuki bulan keempat pandemi Covid-19 usai sebelumnya sempat anjlok ke level 50 persen.

Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) mendata pandemi Covid-19 memukul rata-rata utilitas pabrikan ke level 40 persen. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh anjloknya permintaan air minum dalam kemasan gelas.

"Seluruh produsen [AMDK] produksi kemasan kecil [gelas]. Utilitas [industri AMDK] sudah naik lagi. Kemarin kami tertekan sampai [level] 40 persen, sekarang utilitas sudah 80 persen," kata Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat kepada Bisnis.com, Selasa (7/7/2020).

Rachmat menilai lonjakan utilitas tersebut setidaknya disebabkan oleh dua hal, yakni pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan membaiknya permintaan AMDK galon.

Menurutnya, pelonggaran PSBB membuat mobilitas masyarakat di perkotaan meningkat. Dengan demikian, permintaan AMDK untuk wilayah perkantoran kembali membaik walaupun belum menyentuh permintaan pra-pandemi.

Jika dibandingkan dengan lini produksi lainnya, Rachmat menyampaikan produksi AMDK galon menunjukkan perbaikan yang paling pesat. Oleh karena itu, lanjutnya, pabrikan akan menjadikan produksi AMDK galon sebagai lokomotif pertumbuhan produksi.

Rachmat menargetkan produksi air minum dalam kemasan (AMDK) hingga akhir tahun menjadi maksimal 5 persen atau menjadi 29,4 miliar liter. Pada awal tahun ini, asosiasi menargetkan pertumbuhan produksi sebesar 10 persen atau menjadi sekitar 31 miliar liter.

Rachmat mendata pandemi Covid-19 membuat produksi air minum gelas turun hingga 40 persen, produksi dan air minum dalam botol turun 30 persen. Penurunan produksi kedua produk tersebut disebabkan oleh minimnya aktivitas konsumen.

Selain itu, Rchmat menyatakan bahwa produksi air minum dalam galon pun turun sekitar 10 persen karena aktivitas perkantoran, hotel, restoran, dan rumah tangga dengan skala ekonomi sosial (SES) menengah bawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper