Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Laporkan Inflasi Mei 2020 0,07 Persen

Pola inflasi selama Ramadan dan Idulfitri tahun ini sangat tidak biasa dan berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi virus corona (Covid-19).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Mei 2020 sebesar 0,07 persen month to month (mtm). Wabah corona membuat penurunan daya beli di sejumlah daerah sehingga pola inflasi saat Idulfitri berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Inflasi Mei 2020 ini lebih rendah dari inflasi April yang sebesar 0,08 persen. Inflasi tahun kalender per Mei 2020 sebesar 0,90 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 2,19 persen.

Dari 90 kota IHK, sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,2 persen, yang didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras, ikan, dan bawang merah.

Sementara itu, Manado mencatatkan deflasi terendah sebesar -0,01 persen, sedangkan deflasi tertinggi di Luwuk sebesar -0,39 persen.

"Inflasi Mei 2020 kecil sekali 0,07 persen, sangat jauh inflasi pada saat Idulfitri tahun lalu, yang Juni 2019 sebesar 0,55 persen," ujar kepala BPS Suhariyanto, Selasa (2/6/2020).

Dia menyatakan pola inflasi selama Ramadan dan Idulfitri tahun ini sangat tidak biasa dan berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi virus corona (Covid-19).

Biasanya, permintaan saat bulan puasa dan Lebaran naik tinggi, tetapi tidak terjadi pada tahun ini. "Inflasi tahunan 2,19 persen, sedangkan inflasi saat Idulfitri tahun lalu sebesar 3,28 persen," ujarnya.

Inflasi Mei terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran, terutama kelompok transportasi sebesar 0,87 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen.

Adapun, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 0,32 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper