Bisnis.com, JAKARTA — Pengembang properti khususnya yang mengandalkan segmen pendapatan berulang dinilai tak mudah melakukan diversifikasi produk bisnisnya dalam beberapa waktu ke depan.
Hal ini dinilai sebagai dampak virus corona baru penyebab Covid-19 yang telah menghantam lini bisnis pendapatan berulang (recurring income) seperti subsektor perhotelan dan ritel.
CEO Indonesia Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan bahwa melakukan diversifikasi produk atau menambah portofolio bisnis dinilai tidak semudah membalikkan telapak tangan meskipun pengembang harus mengambil pelajaran dari dampak virus corona ini.
"Mengubah portofolio butuh proses dan tidak bisa langsung mengubah portofolio. Strategi bertahan dan efisiensi harus dilakukan dalam jangka pendek sampai menengah bagi subsektor yang terdampak," katanya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).
Ali juga mengibaratkan adanya virus corona ini menjadi seleksi alam bagi para pengembang yang tidak adaptif dan asal-asalan dalam perencanaan pengembangan proyek mereka.
Menurutnya, para pengembang saat ini akan dihadapkan pada sebuah kondisi bahwa setiap proyek properti hanya dapat mengandalkan pasar yang riil.
Ali menjelaskan bahwa pasar rill ini tidak harus menyasar pada segmen pengguna akhir atau end user, akan tetapi juga berlaku bagi pasar investor yang dinilai masih dapat menjadi incaran. Saat ini, konsep properti akan kembali pada istilah pasokan menciptakan permintaannya sendiri (demand create supply). "Artinya, para pengembang harus benar-benar melakukan riset pasar sebelum meluncurkan proyek."
Dia menjelaskan bahwa masih banyaknya proyek tanpa arahan pasar membuat bisnis properti menjadi tidak beraturan dan saling berbenturan. Proyek tanpa konsep akan kehilangan pasarnya.
"Modal besar tanpa perhitungan pasar pun akan menjadikan proyeknya menara gading tanpa penghuni. Beberapa proyek dalam kondisi ini dimungkinkan untuk tenggelam dimakan seleksi alam akibat mengabaikan pasar," katanya.