Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inalum Bersiapkan Terapkan Protokol New Normal

Direktur Utama PT Inalum (Persero) Orias Petrus Moedak mengatakan saat ini ada 3 lokasi kerja yakni di wilayah tambang dan pabrik, wilayah kerja milik sendiri, dan wilayah kerja yang bersama dengan perusahaan lain sebagai tenant bersama di gedung.
Karyawan sedang berbincang di depan kantor PT Inalum (Persero) Siguragura, Sumatra Utara./inalum.id
Karyawan sedang berbincang di depan kantor PT Inalum (Persero) Siguragura, Sumatra Utara./inalum.id

Bisnis.com, JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau Mind ID tengah bersiap dengan protokol new normal atau kenormalan baru.

Direktur Utama PT Inalum (Persero) Orias Petrus Moedak mengatakan saat ini ada 3 lokasi kerja yakni di wilayah tambang dan pabrik, wilayah kerja milik sendiri, dan wilayah kerja yang bersama dengan perusahaan lain sebagai tenant bersama di gedung.

Untuk di area tambang dan pabrik, protokol Covid-19 tetap berjalan seperti biasa, yang tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.

"Untuk wilayah yang masih berlaku ketentuan PSBB, kita ikuti ketentuan Pemda setempat dan tetap melaksanakan protokol Work From Home (WFH)," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).

Dia menuturkan semua karyawan Inalum mengikuti protokol Covid-19 yang sudah ada, termasuk protokol WFH dimana setiap hari perusahaan mengadakan video call minimal 1,5 jam untuk monitor pekerjaan setiap hari.

"Monitor pekerjaan dan keberadaan karyawan dilakukan secara berjenjang dan meliputi seluruh karyawan," ucapnya.

Dalam new normal ini di lokasi kerja di mana Inalum menyewa bersama-sama tenant lain, perusahaan mengatur shifting setiap 2 minggu bergantian WFH dan WFO (Work From Office)

"Khusus bagi senior management yang mendapat ruang kerja sendiri akan masuk setiap hari," katanya.

Orias menambahkan meskipun dilakukan new normal, namun kinerja bisnis perusahaan tak berubah. Kendati demikian, tekait dengan target kinerja perusahaan hingga akhir tahun ini akan disesuaikan dengan kondisi demand dan harga komoditi.

"Kami sesuaikan dengan kondisi demand dan harga komoditi," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper