Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Diramal Bisa Cepat Pulih, Indonesia Harus Waspada

China kembali diramalkan bakal mengalami pemulihan ekonomi lebih cepat dari pandemi virus corona (Covid-19) dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Properti di Guangzhou, China, terlihat dari bawah Jembatan Liede di atas Sungai Mutiara./Bloomberg/Qilai Shen
Properti di Guangzhou, China, terlihat dari bawah Jembatan Liede di atas Sungai Mutiara./Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – China kembali diramalkan bakal mengalami pemulihan ekonomi lebih cepat dari pandemi virus corona (Covid-19) dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.

Melalui riset terkininya berjudul “Tracking Covid-19 and real-time indicators”, Morgan Stanley memprediksi China akan mengalami pemulihan lebih cepat ke level pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebelum adanya Covid-19 (pra-Covid-19).

Sementara itu, negara-negara lain di kawasan Asia selain Jepang (AxJ) seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura kemungkinan baru akan mengalami pemulihan pada kuartal I/2021.

Pada dasarnya, hasil riset tersebut tidak banyak berbeda dengan riset Morgan Stanley sebelumnya berjudul “Which Economy Emerges First on the Path to Recovery?”.

Dalam kedua riset, para ekonom Morgan Stanley yang terdiri dari Deyi Tan, Zac Su, Jin Choi dan Jonathan Cheung memaparkan negara mana saja yang akan lebih cepat kembali ke tingkat pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) pascapandemi corona.

Mereka membagi negara-negara AxJ ke dalam empat grup yang kemungkinan akan mengalami pemulihan tercepat hingga paling lambat. Dalam menentukannya, Morgan Stanley mempertimbangkan tiga faktor.

Ketiganya adalah keterpaparan setiap ekonomi terhadap resesi global, respon institusional untuk menangani situasi Covid-19 dan konsekuensi permintaan domestik, serta ruang dan kemauan untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Menempati grup pertama yakni China. Sebagai negara pertama yang terjangkit virus corona sekaligus melonggarkan pembatasan akibat pandemi Covid-19, ekonomi negara yang berorientasi pada permintaan domestik ini kemungkinan akan kembali ke level pra-Covid-19 pada kuartal III/2020.

“Di China, para pembuat kebijakan telah meningkatkan langkah-langkah pengendalian epidemi lokal dan melakukan pengujian di daerah-daerah yang terkena dampak,” demikian menurut riset terkini Morgan Stanley.

“Sisi penawaran telah pulih sebelum sisi permintaan dan sektor produksi [pulih] sebelum sektor jasa,” lanjutnya.

Saat ini, segmen-segmen seperti pengiriman semen, penjualan truk berat, dan penjualan smartphone telah pulih lebih tinggi dari level yang terlihat pada awal tahun 2020. Namun, segmen seperti hunian hotel dan penerbangan domestik secara material lebih rendah ketimbang pada awal tahun.

Mengekor China, di grup kedua, adalah Filipina, Indonesia, dan India. Ketiga negara ini dipandang memiliki paparan lebih rendah terhadap dampak resesi global.

“Selain itu, pertumbuhan struktural yang relatif tinggi adalah alasan kami memperkirakan mereka akan kembali ke level pra-Covid-19 selanjutnya setelah China,” papar Morgan Stanley.

Namun, Morgan Stanley juga menyebutkan risiko bahwa pandemi Covid-19 tidak memuncak pada kuartal II/2020. Jika demikian, negara-negara grup kedua akan berada di belakang grup ketiga soal waktu pemulihan.

Selanjutnya, grup ketiga dihuni oleh Korea Selatan dan Taiwan. Dua negara ini memiliki ekonomi yang berorientasi ekspor sedang dan dinilai akan terdampak resesi global.

Di sisi lain, respons institusional penanganan Covid-19 dalam negeri dipandang sangat efektif dan beberapa indikator permintaan domestik tampak sudah mulai membaik sehingga memengaruhi pemulihan ekonomi kedua negara.

Grup keempat alias grup paling buncit yang ditempati negara-negara dengan kemungkinan pemulihan paling lambat akibat Covid-19 adalah Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura.

Selain diketahui sangat berorientasi pada ekspor, beberapa negara dalam grup keempat telah memberlakukan lockdown, sehingga memberi pukulan ganda pada ekspor dan permintaan domestik.

“Kami pikir kelompok ini kemungkinan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih, kemungkinan pada kuartal I/2021. Risiko pertumbuhan cenderung menurun,” tandas Morgan Stanley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper