Bisnis.com, JAKARTA – EasyJet Plc mengatakan data alamat email dan perjalanan sekitar 9 juta pelanggan telah diretas dalam serangan siber, yang menjadi salah satu pembobolan data terbesar yang menghantam industri maskapai penerbangan hingga saat ini.
Dilansir dari Bloomberg, EasyJet mengatakan pada Selasa bahwa data kartu kredit 2.208 pelanggan juga telah diakses. Perusahaan telah menutup celah akses tersebut dan akan menghubungi pelanggan dalam beberapa hari ke depan.
Serangan cyber terhadap bisnis melonjak tahun ini karena peretas mengambil keuntungan dari gangguan yang disebabkan oleh pandemi virus corona. Maskapai telah menjadi sasaran empuk sejumlah peretas dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2018, maskapai Hong Kong Cathay Pacific Airways Ltd. mengungkapkan bahwa peretas mendapatkan informasi dari 9,4 juta pelanggannya, menjadikannya pembobolan data maskapai penerbangan terbesar di dunia pada saat itu.
"Peretasan EasyJet terjadi pada saat operator penerbangan menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata James Castro-Edwards, mitra di firma hukum Wedlake Bell, seperti dikutip Bloomberg.
EasyJet tengah berjuang melawan Covid-19 karena perusahaan terpaksa menutup seluruh jadwal penerbangannya dan memicu tekanan dari pendiri dan pemegang saham terbesarnya, Stelios Haji-Ioannou.
Baca Juga
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan maskapai di Eropa menghadapi kerugian pendapatan sebesar US$89 miliar pada tahun 2020.
EasyJet pada 22 Mei akan mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa yang diinisiasi oleh Haji-Ioannou, yang ingin mencabut empat dewan direksi termasuk chairman John Barton, Chief Executive Officer Johan Lundgren, dan Chief Financial Officer Andrew Findlay.
Saham EasyJet membalikkan keuntungan sebelumnya setelah peretasan diungkapkan, diperdagangkan melemah 1,3 persen lebih rendah di level 544,40 pence per saham pada pukul 13.10 WIB di bursa London.