Bisnis.com, JAKARTA – Harga properti residensial dari pasar primer tidak akan pernah turun. Namun, di tengah kondisi krisis, kekuatan negosiasi pembeli akan cenderung lebih tinggi sehingga akan lebih menguntungkan bagi pembeli.
Managing Partner Residential Group Coldwell Banker Commercial Alvin Alexander mengatakan bahwa harga properti terus naik walaupun kenaikannya tipis dalam 3 tahun terakhir. Dengan harga yang tak pernah turun, properti bisa dijadikan aset hedging dibandingkan dengan aset investasi lainnya.
“Memang kenaikannya tidak besar, misalnya, rumah tipe kecil menengah naik hanya 3 persen–4 persen per tahun, sedangkan yang besar naiknya hanya 1 persen per tahun, jadi tidak berasa naik. Namun, ini untuk yang beli dari beberapa tahun lalu akan merasakan keuntungannya,” jelasnya dalam webinar, Senin (18/5/2020).
Tak terkecuali pada masa pandemi ini, pengembang tidak akan menurunkan harga, tetapi melemahkan posisinya saat negosiasi untuk menarik pembeli.
Alvin menyebutkan bahwa pada masa pandemi ini, pengembang bisa melakukan diversifikasi produk, menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar, dan melipatgandakan investasi ke teknologi.
“Jadi, perbanyak iklan di platform digital, sering-sering membuka digital engagement seperti webinar ini. Kemudian jika ingin membuat pemasaran di website, upayakan untuk zero friction atau harus mudah diakses. Kalau susah penggunaan dan aksesnya, orang akan tinggalkan,” ujarnya.
Selain itu, setelah masa pandemi, orang akan lebih memperhatikan soal keamanan dan kebersihan, pengembang perlu mempromosikan lebih banyak seputar menjaga kesehatan di proyeknya, sedangkan untuk harga, pengembang bisa menyesuaikan dengan ragam cara bayar yang bisa lebih mempermudah pembeli.
President Director of Abie Property Andres Setiawan menambahkan bahwa secara historis di tengah masa krisis tetap ada kesempatan di pasar properti.
“Orang yang beli properti pas zaman krisis, mereka dapet untung banyak banget sekarang. Tantangannya bagaimana kita menggali kesempatan itu karena nanti cara hidup berubah, kita harus lebih kreatif,” ujarnya.
Untuk masalah peluang harga properti, kata Andres, bahan konstruksi masih banyak juga yang diimpor dan suplai dalam negeri pun terbatas sehingga harga properti tidak akan turun.
“Harga tanah atau rumah seken mungkin [turun], tergantung kondisi pemiliknya,” katanya.
Kemudian, dengan pelemahan rupiah terhadap dolar, untuk properti primer yang banyak menggunakan konstruksi impor atau di lokasi strategis tidak akan ada penurunan harga atau kesempatan agar harga properti lebih murah ke depan.
Dengan kondisi ini, katanya, ke depan tidak akan banyak pengembang berani meluncurkan proyek baru. "Jadi, untuk pengembang yang sudah launch dan berkomitmen untuk melanjutkan proyeknya, mereka akan punya keuntungan lebih ke depan. Suplai akan tertahan, jadi harga tidak akan turun. Kami optimistis.”
Namun, meskipun tidak turun harga, pengembang tidak akan menaikkan harga padai masa seperti ini. Kemudahan cara bayar menbisa jadi senjata jitu, apalagi jika orang bisa menyicil propertinya lebih mudah dibandingkan dengan menyewa atau membayar ke properti seken yang tidak bisa dicicil.