Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia memaklumi penjualan rumah selama kuartal I/2020 turun signifikan.
Survei Bank Indonesia mencatat penjualan rumah di pasar primer selama 3 bulan pertama tahun ini anjlok 30,52 persen atau lebih dalam dari kuartal sebelumnya sebesar -16,33 persen.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah menilai wajar penurunan tersebut lantaran belum kondusifnya industri properti dengan segala sentimen yang mengadang.
"Betul dan pasti [terjadi penurunan]. Apalagi, kondisi sekarang saya pikir wajar saja namanya sedang bencana sehingga realisasi penjualan tertahan," katanya kepada Bisnis, Rabu (13/5/2020).
BI mencatat penurunan terjadi pada seluruh tipe rumah baik rumah besar 41,01 persen, rumah tipe menengah -34,39 persen, dan tipe rumah kecil -26,09 persen. Artinya, kata Junaidi, segmen rumah subsidi juga turut terdampak.
Dia juga merespons soal survei BI bahwa suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi faktor utama penyebab realisasi penjualan properti residensial masih terhambat meskipun rata-rata suku bunga KPR pada kuartal I/2020 pada data laporan bulanan bank umum per Maret 2020 tercatat sebesar 8,92 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 9,12 persen.
Baca Juga
Namun, katanya, kondisi saat ini suku bunga KPR masih tinggi di tengah sudah turunnya suku bunga acuan BI. Menurutnya, perbankan sudah seharusnya merespons penurunan tersebut secara signifikan.
"Sudah sepatutnya harus banyak relaksasi terkait suku bunga dengan harapan tetap terjaganya industri properti dan akhirnya mengarah pada permintaan pasar. Selama ini, faktanya suku bunga acuan BI turun tidak diiringi segera dengan penurunan suku bunga KPR," katanya.
Menurut Junaidi, selain faktor suku bunga KPR, faktor lain yang jadi penghambat adalah kurangnya cakupan penerima KPR di segmen masyarakat berpenghasilan rendah.
"Bank saat ini lebih selektif dalam hal konsumen dan lebih fokus pada penghasilan ASN [aparatur sipil negara], TNI, Polri. Menurut saya, harus juga bisa menampung jenis usaha lain," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa anjloknya penjualan rumah kelas menengah ke bawah secara tahunan lantaran terbatasnya kuota subsidi saat itu. Secara tahunan, BI mencatat penjualan rumah mengalami penurunan yang hebat yakni 43,19 persen dari kuartal sebelumnya sebesar 1,19 persen.
"Namun, [ke depan] masih ada harapan untuk properti kelas menengah ke bawah atau subsidi dengan catatan bank tetap bisa merealisasikan atau seharusnya tidak harus menolak dalam hal realisasi KPR [untuk segmen tertentu]," ujar Junaidi.