Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Properti Perkantoran Pasca-Covid-19, Membaik atau Memburuk?

Bekerja dari rumah memicu pertanyaan bagaimana nasib bisnis perkantoran selepas pandemi Covid-19 berakhir.
Deretan gedung perkantoran dilihat dari Jalan Gajah Mada, Jakarta./Antara/Indrianto Eko Suwarso
Deretan gedung perkantoran dilihat dari Jalan Gajah Mada, Jakarta./Antara/Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – Dengan adanya aturan untuk bekerja dari rumah untuk memutus mata rantai pandemi Covid-19, prospek subsektor perkantoran makin abu-abu antara adanya perusahaan yang menikmati kerja dari rumah dan tidak.

Apabila banyak perusahaan menikmati kerja dari rumah (work from home/WFH) sebagai gaya hidup baru atau new normal, permintaan ruang perkantoran bisa menyusut banyak pada masa mendatang. Pasalnya, kebutuhan perusahaan akan ruang kerja juga akan semakin sedikit.

Sementara itu, di sisi lain nyatanya banyak karyawan perusahaan yang sudah rindu sekali pergi ke kantor, walaupun harus menempuh jarak jauh, waktu yang lama, bermacet-macetan, dan menelan ongkos perjalanan yang tak sedikit.

Bekerja di kantor dinilai bisa membuat karyawan lebih fokus bekerja dan lebih produktif karena fokus pada pekerjaannya. sedangkan, di rumah biasanya pekerja sering teralihkan dengan kegiatan lain seperti mengurus rumah tangga dan mengurus anak.

Terlebih lagi, bagi perusahaan yang mengandalkan data, merasa kurang leluasa dalam mengakses data yang biasa diakses di komputer kantor. Apabila di rumah tidak terdapat jaringan internet yang memadai dan belum bisa terintegrasi dengan teknologi seperti yang ada di kantor, maka bekerja di rumah bisa jadi sangat menjemukan.

Colliers Internationals Indonesia mencatat pada kuartal I/2020 tambahan pasok ruang kantor masih cukup kuat, dibarengi dengan permintaan sewa di awal tahun. Kendati demikian, akibat adanya pandemi Covid-19 diperkirakan permintaan hingga akhir tahun ini bisa melambat.

“Karena banyak perusahaan yang menunda ekspansi dan juga tengah mempertimbangkan kembali kebutuhan luasan ruang yang nantinya akan digunakan,” ungkap Bagus Adikusumo, Senior Director Office Service Colliers International Indonesia dalam laporan tertulis, dikutip Jumat (8/5/2020).

Sementara itu, Coldwell Banker Commercial juga mencatat tingkat okupansi perkantoran tetap stabil selama kuartal I/2020. Coldwell memperkirakan bahwa penurunan okupansi hanya sementara, karena banyak perusahaan yang menunda pengisian ruang-ruang kantor.

“Banyak perusahaan mempertimbangkan kembali rencana relokasinya pada tahun ini karena situasi ketidakpastian ekonomi ke depannya. Sebagian besar perusahaan telah melakukan WFH dan beberapa gedung melakukan penyesuaian pada jangka waktu kontrak dan biaya operasionalnya,” jelas Manager Research and Consultancy Coldwell Banker Commercial Angra Angreni.

Ke depan, sejumlah perusahaan juga mengaku akan tetap melakukan ekspansi lantaran merasa lebih kondusif untuk bekerja di kantor dibandingkan dengan di rumah.

Salah satu perusahaan mobile marketing, Adjust, mengungkapkan ke depan tidak akan mengubah kebijakan bekerjanya di kantor setelah melakukan WFH saat ini.

“Kami sudah tidak sabar untuk kembali ke kantor, pengaturan kerja seperti sekarang ini juga tidak akan mengubah kebijakan kami untuk bekerja secara remote. Meskipun dengan kondisi seperti ini saja, para karyawan kami tetap bisa profesional dan produktif,” ungkap April Tayson, Sales Director SEA di Adjust kepada Bisnis, Jumat (8/5/2020).

Senada, President of Coworking Indonesia Faye Alund mengatakan bahwa saat ini orang justru ingin sekali bisa kembali bekerja di kantor. Semisal WFH menjadi new normal, menurutnya tidak menyurutkan prospek bagi perkantoran fleksibel ke depan.

“Ini memang mengubah kebiasaan dan memaksa cara kita bekerja dan manajemen tim. Tapi kalau menurut saya, kalau memang ada perubahan, perusahaan yang kerja di ruang kantor fleksibel tetap prospektif,” katanya dalam webinar beberapa waktu lalu.

Kantor fleksibel tetap aman ketika ada perusahaaan yang mau membagi-bagi waktu kerja di kantor bagi karyawannya, karena umumnya kantor fleksibel bisa disewakan untuk waktu singkat dan bisa melakukan penyesuaian kebutuhan ruang oleh perusahaan dengan segera.

“Misalnya hari ini perlu untuk 10 orang, lalu tiga bulan ke depan perlu untuk tambah ruang kapasitas 30 orang, dan seterusnya, coworking space sebetulnya bisa jadi jawaban karena pembayaran sewanya dan penyediaan ruangnya fleksibel dan bisa dilakukan dalam waktu singkat,” lanjutnya.

Faye menilai masih banyak kesempatan bagi penyedia ruang kantor fleksibel. Untuk 2020, Faye melihata outlooknya tetap cerah, apa lagi melihat ekspansi perusahaan tahun ini kemungkinan hanya tertunda, bukan terhenti sama sekali.

“Bekerja di coworking itu mempermudah perusahaan memperluas jaringannya, sebagai sumber penting mereka dapat kerja dan business referral juga,” imbuhnya.

Kemudian, keberadaan coworking space di proyek seperti perkantoran, residensial, hotel, hingga pusat belanja justru juga bisa menjadi nilai tambah bagi proyek tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper