Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Istilah Ekonomi: Apa Itu Resesi Teknikal? Ini Penjelasannya

Resesi teknikal adalah ketika suatu negara memiliki pertumbuhan PDB negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020). Ratas tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2021 dan rencana kerja pemerintah tahun 2021./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020). Ratas tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2021 dan rencana kerja pemerintah tahun 2021./ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah pakar ekonomi menuturkan Indonesia berpotensi dilanda resesi teknikal jika pertumbuhan ekonomi terus tertekan ke depannya.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi teknikal?

Dikutip dari laporan T. Eric Reich di Pressofatlanticcity.com, Resesi teknikal adalah ketika suatu negara memiliki pertumbuhan PDB negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Resesi ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan atau peristiwa yang mendasarinya. Menurut Reich, resesi teknikal biasanya berlangsung singkat dan ringan.

Beberapa negara di dunia pernah mengalami resesi teknikal. Hong Kong pernah mengalami resesi teknikal pada tahun lalu setelah ekonominya tumbuh negatif sehingga ekonominya terkontraksi sebesar 3,2 persen (quarter to quarter/qtq) pada kuartal ketiga tahun lalu.

Penyebabnya adalah perang dagang dan kondisi politik di kota tersebut.

Sebelum dilanda Covid-19, Kepala Ekonom ING Iris Pang memperkirakan kondisi resesi di Hong Kong kemungkinan akan berlanjut hingga kuartal keempat tahun ini.

Ketika ekonomi dunia diwarnai dengan pandemi Covid-19, sejumlah negara dihantui dengan resesi teknikal, tidak terkecuali negara dengan ekonomi kuat seperti Jepang.

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami kontraksi 3,7 persen pada kuartal IV/2019. Alhasil, sejumlah ekonom dan analis merevisi proyeksi ekonomi pada kuartal I/2020 guna mengantisipasi adanya kontraksi lanjutan.

Indeks harga konsumen di Tokyo turun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada bulan April dan aktivitas pabrik nasional merosot tajam. Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pandemi COVID-19 dapat mendorong negara itu kembali ke deflasi.

Dilansir oleh Japan Times, Prospek yang semakin suram di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini telah meningkatkan permintaan untuk pengeluaran yang lebih besar.

Parlemen Jepang akhirnya menyetujui anggaran tambahan untuk mendanai paket stimulus sebesar US$1,1 triliun untuk meredam tekanan dari virus Corona yang masih menyebar di negara tersebut.

Kini, Indonesia dihantui dengan resesi teknikal yang belum pernah terjadi dalam hampir lebih dua dekade terakhir.

Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 hanya mencapai 2,97 persen secara year-on-year (yoy) dan -2,41 persen jika dibandingkan dengan kuartal IV/2019.

Realisasi tersebut sekaligus menjadi yang terendah sejak kuartal IV/2001.

Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan jika ekonomi belum kembali ke kapasitas penuh pada kuartal ketiga, maka model pemulihan ekonomi Indonesia akan berbentuk L.

"Pemulihan L-shape dengan risiko resesi teknikal pada semester II/2020, yang didefinisikan dengan pertumbuhan tahunan dan kuartalan negatif dalam dua kuartal berturut-turut," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper