Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang properti diminta jangan terlalu berharap banyak pada pasar investor di tengah kondisi sulit akibat ketidakpastian ekonomi saat ini menyusul pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19.
Pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit menyatakan bahwa pangsa pasar properti segmen menengah ke atas di kisaran harga Rp1 miliar ke atas dinilai sangat sensitif terhadap situasi dan kondisi.
Selain itu, ditambah dengan kondisi pasar properti yang sudah melemah dalam beberapa waktu belakangan dan prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang belum meyakinkan. Untuk itu, pasar investor menahan daya beli dan menunggu kondisi membaik.
"Jadi jelas saja pasar ini menurun signifikan saat sekarang ini karena hampir 80 persen pembeli properti dengan harga di atas Rp1 miliar adalah para investor properti, yang murni mengharapkan keuntungan dari jual dan beli ataupun dari menyewakan propertinya," tuturnya pada Bisnis, Sabtu (25/4/2020).
Direktur Pusat Studi Properti Indonesia itu mengatakan bahwa dengan kondisi seperti sekarang ini di mana ketidakpastian ekonomi menerpa maka investor dinilai tidak akan tertarik membeli properti. Selain itu, kata dia, ekspektasi perekonomian tahun ini juga pasti akan memburuk.
Hanya saja, Panangian mengatakan bahwa pengembang juga masih memiliki peluang untuk memaksimalkan penjualan dengan harga di bawah Rp1 miliar dengan segmen pasar menengah ke bawah.
Baca Juga
Sementara itu, Restaditya Harris dari RYZ Property Consulting mengatakan bahwa sektor properti dinilai terdampak cukup parah akibat pandemi ini. Padahal, properti dinilai masih merupakan salah satu kelas aset yang paling dominan dan berharga.
Menurut dia, permintaan properti dinilai turun secara signifikan setelah Indonesia mengumumkan kasus positif pertama. Belum lagi, ditambah dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Walaupun tidak seluruh sektor properti terdampak, kita bisa mengamati bahwa properti komersial seperti gedung perkantoran dan properti ritel seperti pusat perbelanjaan, dan juga properti penyedia jasa seperti perhotelan adalah yang paling terpengaruh oleh situasi ini," katanya.
Sejalan dengan itu, dia mengatakan bahwa hal pertama yang dapat dilihat beberapa bulan ke depan adalah perubahan harga sewa di berbagai subsektor properti. Perubahan harga sewa juga dinilai akan mempengaruhi nilai kapitalisasi dari suatu aset properti.
Tak hanya itu, lanjut dia, sebagai implikasi dari situasi ekonomi yang ditambah dengan penurunan harga properti maka dinilai akan meningkatkan risiko dari para pelaku usaha di bidang properti, khususnya mereka yang melakukan investasi atau membeli properti dengan menggunakan hutang.
"Walaupun tidak terjadi secara cepat, sangat mungkin bahwa kita akan melihat nilai kapitalisasi aset-aset properti akan turun dalam waktu dua tahun ke depan," kata dia.
Namun demikian, dia mengatakan bahwa kebijakan yang tepat dari para pemangku kepentingan dinilai sangat penting untuk mencegah krisis berkepanjangan di pasar properti di saat kondisi seperti sekarang ini.