Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

URA : Lockdown Diperpanjang, Harga Hunian di Singapura Makin Tertekan

Harga hunian di Singapura mengalami penurunan kurang dari yang diperkirakan pada kuartal pertama 2020. Namun, perpanjangan masa lockdown diperkirakan akan membawa tekanan lebih besar.
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay

Bisnis.com, JAKARTA – Harga hunian di Singapura mengalami penurunan kurang dari yang diperkirakan pada kuartal pertama 2020. Namun, perpanjangan masa lockdown diperkirakan akan membawa tekanan lebih besar.

Urban Redevelopment Authority (URA) Singapura mengatakan bahwa tekanan dari perpanjangan masa lockdown bakal membuat pertumbuhan harga makin stagnan atau bahkan turun.

Harga hunian di Negeri Singa tercatat mengalami penurunan 1 persen sepanjang kuartal I/2020. Penurunan tersebut masih lebih rendah dari ekspektasi URA yang memperkirakan adanya penurunan sampai 1,2 persen.

Singapura, yang saat ini telah mencatatkan jumlah kasus tertinggi di Asia Tenggara, mengalami lonjakan pasien yang terinfeksi Covid-19 hingga 10.000 orang pada pekan ini. Dengan adanya laporan tersebut, pemerintahnya kemudian memperpanjang masa lockdown hingga 1 Juni 2020.

Controller of Housing URA Ling Hui Lin mengatakan bahwa kebijakan tersebut akan memberikan dampak lebih besar pada penjualan properti di Singapura dalam beberapa bulan ke depan, karena para konsumen tidak bisa melihat properti secara langsung dan tetap tinggal di rumah.

“Dengan demikian, pengembang juga sepertinya akan banyak yang menahan peluncuran proyek-proyek barunya, terlebih dengan show unit dan display yang terpaksa harus tutup,” ungkap Lin, dilansir Bloomberg, Jumat (24/4/2020).

Senada, konsultan properti JLL Asia juga mencatat penurunan nilai properti residensial di Singapura sepanjang kuartal I/2020 hingga 0,5 persen.

Penjualan hunian primer mengalami penurunan sepanjang kuartal I/2020 akibat Covid-19 dan juga adanya Tahun Baru Imlek yang secara siklikal memang selalu mengalami penurunan.

“Secara kolektif tidak ada penjualan di sektor primer pada kuartal I/2020, karena pengembang banyak lebih fokus pada penyelesaian penjualan unit yang masih tersisa daripada harus mengeluarkan produk baru,” ungkap Tay Huey Ying, Head of Research & Consultancy JLL Singapore.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper