Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) bersikap realistis dengan memperkirakan pendapatan sepanjang tahun ini hanya berkisar antara Rp7,6 triliun hingga Rp8,9 triliun akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin mengakui jumlah penumpang pesawat saat ini memang tengah turun yang berdampak pada pendapatan aeronautika. Namun, perseroan akan menggenjot pendapatan dari sektor lainnya seperti memaksimalkan utilisasi dari non performing asset seperti lahan kosong, serta dari titik komersial, ritel dan sebagainya.
“Pendapatan kami pada tahun yang penuh tantangan ini diperkirakan bisa tercapai 60-70 persen dari target awal sebesar Rp12,8 triliun, yang ditetapkan sebelum adanya pandemi global Covid-19,” kata Awaluddin, Rabu (22/4/2020).
Dia menambahkan pendapatan dari pengelolaan kargo diperkirakan juga masih bisa lebih baik. Selain itu, perseroan juga sedang mengkaji untuk melakukan diversifikasi portofolio anak usaha melalui kemitraan strategis.
Sebelumnya, pengelola bandara di wilayah barat Indonesia ini sudah menurunkan target jumlah penumpang di 19 bandara yang dikelolanya hingga sebesar 38,45 persen menjadi hanya 57,80 juta orang pada tahun ini.
Pihaknya mengatakan dengan melihat tren penurunan yang ada serta mempertimbangkan situasi, kondisi, perkembangan di industri serta kebijakan regulator diperkirakan jumlah penumpang tidak akan mencapai 93,92 juta penumpang, sesuai target awal.
Baca Juga
“Kami menetapkan ada tiga skenario sebagai dasar dalam menjalankan strategi di tengah pandemi ini. Skenario tersebut adalah best scenario, bad scenario, dan worst scenario,” jelasnya.
Awaluddin memaparkan untuk skenario terbaiknya diperkirakan jumlah penumpang pesawat di 19 bandara mencapai 68,22 juta orang atau lebih rendah 27 persen dibandingkan dengan perkiraan awal. Adapun, untuk skenario lebih buruknya jumlah penumpang bisa mencapai sebanyak 63,49 juta orang atau lebih rendah 32 persen dari perkiraan awal.
Sementara itu, untuk skenario paling buruknya jumlah penumpang kemungkinan hanya 57,80 juta penumpang atau lebih rendah 38,45 persen dari perkiraan awal.
Dia menjelaskan perkiraan jumlah penumpang berdasarkan tiga kriteria tersebut didasarkan pada periode berakhirnya pandemi, kecepatan pemulihan industri penerbangan, dan periode normal yang ditandai dengan kondisi ekonomi yang sudah kembali stabil.