Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengangguran Meningkat, Stimulus AS tak Mampu Bendung Kehancuran Ekonomi

Ekonomi Amerika Serikat memasuki fase awal kehancurannya akibat wabah virus corona. Tanda kehancuran dimulai dengan meningkatnya jumlah pengangguran di negara adidaya itu.
Bendara Amerika Serikat
Bendara Amerika Serikat

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Amerika Serikat memasuki fase awal kehancurannya akibat wabah virus corona. Tanda kehancuran dimulai dengan meningkatnya jumlah pengangguran di negara adidaya itu.

Ekonom dan Pendiri Eudaimonia & Co Umair Haque mengatakan bahwa saat ini ekonomi Amerika Serikat (AS) berada dalam fase kritis, menjelang sekarat. Hal itu terlihat dari data pengangguran yang meningkat menjadi 7 sepanjang pekan ini.

“Itu angka yang sangat tinggi, sangat cepat, sehingga tidak ada paralel dalam semua catatan sejarah, bahkan secara jarak jauh,” katanya lewat tulisan yang dipublikasikan di lama Eand.co, Jumat (10/4/2020).

Dia menyatakan bahwa ekonomi AS sedang berjalan menuju guncangan terbesar dalam sejarahnya. Guncangan yang begitu cepat, besar, dan lebih menyeramkan dari perang apapun.

Menurutnya, ekonomi AS kini menuju liang lahatnya sendiri dan banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Sekali lagi dia menekankan bahwa guncangan ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Pemerintah AS memang telah menggelontorkan stimulus fiskal untuk memperpanjang nyawa ekonomi mereka. Namun, menurutnya hal ini masih jauh dari apa yang diperlukan sebenarnya.

Dengan perhitungan sedarhana, ekonomi AS bernilai sekitar US$20 triliun per tahun. Dari jumlah itu, 99 persen di antarnaya dihasilkan dari usaha berskala kecil. Celakanya, stimulus yang diberikan untuk segmen ini tidaklah mencukupi.

“Berapa besar porsi stimulus yang diberikan untuk bisnis berskala kecil? hanya US$500 miliar. Bukankah Anda melihat ada kesalahan besar di sini? Nilai itu hanya setara dengan 2,5 persen total ekonomi per tahun,” jelasnya.

Ekonom yang berbasis di London, Inggris ini mengatakan bahwa rakyat AS membutuhkan lebih dari stimulus yang telah diberikan. Pasalnya, stimulus yang direncanakan hanya akan membantu geliat bisnis tetap berjalan sepanjang sepekan, atau dua pekan.

Belum lagi jika melihat stimulus yang diberikan kepada rumah tangga di AS. Pemerintah mengalokasikan sebesar US$1.200 untuk setiap rumah tangga di AS untuk tahun ini. Tetapi, menurutnya stimulus ini tetap tidak cukup.

Dengan perhitungan ada sekitar 127 juta rumah tangga di Negeri Paman Sam dan ekonomi adalah US$20 triliun, maka pendapatan per kepala rumah tangga dalam setahun adalah US$150.000.

Meski begitu, faktanya masyarakat AS dinilai tidak sekaya dan semakmur itu. Sekitar separuh dari total pendapatan itu dinikmati golongan orang kaya saja. Nilai median yang lebih layak digunakan adalah US$60.000 per keluarga.

Dengan perhitungan itu maka pendapatan per keluarga di AS mencapai US$1.100 per pekan. Artinya stimulus yang diberikan pemerintah untuk satu tahun itu hanya setara dengan rata-rata pendapatan per kapita selama satu pekan.

“Coba Anda perhatikan, stimulus yang diberikan untuk mendukung dunia usaha hanya cukup untuk satu pekan, dan ini sama saja dengan stimulus yang diberikan untuk rata-rata per orang di AS, hanya cukup untuk sepekan,” jelasnya.

Permasalahan kian pelik mengingat persyaratan dan yang mengiringi pemberian bantuan itu. Segala urusan birokrasi dan sebagainya akan membuat stimulus yang sangat kecil itu juga akan terlambat sampai kepada tangan yang membutuhkan.

Kondisi inilah yang membuat ekonomi AS dihadapkan dalam kepanikan. Menurutnya, hal ini pula yang membuat dunia usaha banyak melakukan PHK.

Tak heran dalam 2 pekan terakhir saja, penambahan pengangguran di negara itu mencapai 10 juta. Putra dari Ekonom Pakistan Nadeem Haque itu mengatakan bahwa 10 juta orang pengangguran itu setara dengan 6 persen total tenaga kerja yang mencapai 164 juta orang.

Jika dipikir-pikir lagi, lanjutnya, tren penambahan pengangguran ini menunjukkan data yang lebih mengerikan. Penambahan pengangguran mencapai 3 persen dari total tenaga kerja dalam sebulan. Jika tren ini berlanjut, dalam satu bulan akan ada pengurangan tenaga kerja sebanyak 24 persen.

“Jumlah ini setara dengan seperempat ekonomi AS dalam satu bulan, dan akan mencapai 50 persen dalam empat bulan, coba kalkulasikan dengan berapa lama perkiraan virus corona akan terus menghantui?” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper