Bisnis.com, JAKARTA - Indeks penjualan riil (IPR) per Februari 2020 kembali menunjukkan kontraksi. Laporan Bank Indonesia (BI) menunjukkan IPR pada bulan tersebut terkontraksi -0,8 persen (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai -0,3 persen (yoy).
Tekanan yang dalam nampak pada barang sandang yang terkontraksi sebesar -40,4 persen (yoy), disusul oleh kelompok barang budaya dan rekreasi yang mencapai -16,8 persen (yoy).
Tren kontraksi ini diproyeksikan masih akan berlanjut pada Maret 2020. BI memproyeksikan kontraksi IPR pada Maret 2020 bakal semakin dalam ke -5,4 persen (yoy) dengan barang sandang yang semakin tertekan hingga -45,9 persen (yoy).
Dengan demikian, IPR pada kuartal I/2020 diproyeksikan mengalami kontraksi hingga -2,2% (yoy).
Seperti diketahui, survei penjualan eceran dan IPR yang dihasilkan dilakukan untuk memperoleh informasi dini mengenai pergerakan PDB dari sisi konsumsi. Dengan kontraksi ini, dapat dipastikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2020 tidak setinggi kuartal-kuartal sebelumnya.
Pada skenario yang disusun oleh pemerintah, konsumsi rumah tangga masih diekspektasikan tumbuh 4,8 persen (yoy) pada kuartal I/2020 dan dilanjutkan pada perlambatan ke 2,3 persen (yoy) pada kuartal II/2020.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 masih diekspektasikan mencapai 4,7 persen (yoy).