Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha batu bara skala besar diperkirakan tidak akan menaikkan produksi di tengah tekanan harga batu bara dan pandemi virus corona (Covid-19).
Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan tekanan harga batu bara dan juga pandemi Covid -19 ini berdampak pada perusahaan tambang skala besar tidak akan menaikkan produksi.
Para pengusaha ini akan memilih untuk bertahan dan wait and see atas kondisi saat ini sampai berapa lama.
"Perusahaan besar dengan kondisi saat ini lebih mudah bertahan. Untuk perusahaan kecil, apalagi kualitas batu bara rendah akan berat sekali bertahan," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/4/2020).
Menurutnya, efisiensi korporasi harus menjadi pilihan di tengah kondisi sulit saat ini.
Selain itu, secara makro keseluruhan menghadapi kondisi yang sama sehingga dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan stimulus. "Ini harus mulai dipikirkan apapun bentuknya," ucapnya.
Menurutnya, dengan kondisi seperti ini jelas aktivitas eksplorasi akan berhenti. Perusahaan sebatas mempertahankan pasar dan market atas dasar cadangan terbukti yang dimiliki.
"Ke depan pemerintah harus mulai memberi perhatian bagaimana investasi eksplorasi dan aktivitas eksplorasi harus digalakkan kembali," tutur Singgih.
Untuk diketahui, Harga Batu bara Acuan (HBA) April kembali menurun menjadi US$65,77 per ton. HBA April ini menurun US$1,31 per ton dari Maret.
HBA di Januari 2020 US$65,93 per ton turun dari Desember 2019 sebesar US$66,30 per ton. HBA mengalami fluktuasi, naik di Februari US$66,89 per ton dan Maret mencapai US$67,08 per ton.