Bisnis.com, JAKARTA – Kresna Sekuritas memangkas target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 5,1 persen.
Paket stimulus yang diberikan pemerintah diperkirakan dapat memperbaiki kondisi ekonomi meskipun dengan sejumlah konsekuensi negatif yang harus diatasi.
Dalam laporan yang dipublikasikan oleh Tim Riset Kresna Sekuritas pada Senin (30/3/2020), revisi target ekonomi Indonesia terjadi pada seluruh aspek seperti tingkat suku bunga acuan yang diprediksi menjadi 4 persen hingga 4,5 persen dari sebelumnya 4,5 persen hingga 4,75 persen.
Selain itu, tingkat imbal hasil (yield) obligasi dengan tenor 10 tahun meningkat dari perkiraan awal sebesar 6,65 persen menjadi 7,4 persen.
Defisit transaksi berjalan juga diperkirakan akan naik dari 2,8 persen menjadi 3,4 persen, dan nilai tukar rupiah diproyeksikan menjadi Rp14.980 setelah sebelumnya diperkirakan pada level Rp14.400.
Berdasarkan laporan tersebut, faktor utama penurunan target pertumbuhan tersebut adalah penyebaran virus corona yang menunjukkan tren percepatan selama beberapa hari terakhir.
Baca Juga
Selain itu, kebijakan pemerintah Indonesia yang telah memberikan sejumlah paket stimulus fiskal akan memberikan bantalan kepada pasar keuangan dari kontraksi yang lebih dalam, karena likuiditas yang melimpah dengan bantuan kebijakan tersebut.
“Kami optimistis keadaan pasar akan kembali bullish begitu laju penambahan pasien virus corona di Indonesia menunjukkan tren perlambatan. Meski demikian, kepanikan masih akan dirasakan pelaku pasar dalam jangka pendek,” papar Kresna Sekuritas.
Laporan tersebut melanjutkan, paket stimulus tersebut akan menimbulkan kondisi yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan krisis finansial pada 2008 lalu.
Indonesia diperkirakan akan kembali menghadapi defisit yang melebar, tingkat suku bunga yang mendekati 0 persen, likuiditas yang baik, serta utang pemerintah yang melonjak tinggi.
Riset tersebut juga menjelaskan, apabila pemerintah membiarkan penyebaran virus ini semakin meluas, hal tersebut akan mengurangi tingkat likuiditas pasar karena banyaknya modal asing yang kabur dari Indonesia akibat konsekuensi sentimen tersebut.
Selain itu, pertumbuhan kredit Indonesia juga akan melambat dan akan turut berdampak pada kenaikan non performing loan atau kredit macet.
Laporan tersebut menyatakan, pemerintah Indonesia perlu memutuskan kebijakan yang akan diambil dalam menghadapi penyebaran virus ini. Penerapan lockdown secara penuh akan mempengaruhi perekonomian Indonesia secara signifikan meskipun hanya dalam jangka waktu pendek.
“Kebijakan ini dapat menghambat penyebaran virus sehingga ekonomi Indonesia akan cepaat pulih dalam jangka panjang,” tulis laporan tersebut.
Di sisi lain, kebijakan yang lebih longgar dalam penanggulangan virus ini akan meringankan beban ekonomi secara jangka pendek. Namun, hal ini akan membuat penyebaran virus semakin meluas yang membuat pemulihan ekonomi di Indonesia secara jangka panjang lambat.
Untuk mengatasinya, Kresna Sekuritas menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk merancang ulang APBN 2020 yang memungkinkan terjadinya pelebaran defisit untuk menghadapi virus corona dengan cepat.
Menurut laporan itu, rencana kebijakan pelebaran defisit menjadi 5 persen perlu dilakukan agar APBN memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengatasi penyebaran virus corona.