Bisnis.com, JAKARTA - Pakar ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Riwi Sumantya menyoroti lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sebagai akibat pandemi Covid-19.
Nilai rupiah saat ini sudah menyentuh angka Rp16.000, dan menjadi yang terlemah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Riwi mengungkapkan pelemahan rupiah tentu membawa banyak dampak terhadap roda perekonomian di Indonesia.
“Jika bahan baku atau barang yang didapat merupakan impor, maka akan berdampak pada harga jual. Berarti untuk menutup biaya produksi, maka harga jualnya harus naik. Ketika naik, apakah daya beli masyarakat ada? Jika daya beli masyarakat rendah atau bahkan tidak ada, maka barang tersebut tidak laku. Inilah yang akan mempengaruhi pergerakan ekonomi kita,” ujar Riwi lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (21/3/2020).
Selain itu, akan banyak sektor – sektor yang rugi. Salah satunya sektor yang umumnya menggantungkan bahan baku dari luar negeri, seperti industri manufaktur, sektor farmasi, dan sektor pakan ternak.
Di lain sisi, ada pihak yang juga diuntungkan, misalnya industri mebel dan batu bara yang melakukan ekspor ke luar negeri, dan membuat pendapatan mereka meningkat.
Baca Juga
“Apabila keadaan Indonesia masih seperti ini, Covid-19 belum segera teratasi saya memprediksikan bahwa nilai rupiah bisa melebihi angka Rp16.000 dan itu sudah terbukti hari ini.” Tambah Riwi.
Melihat hal tersebut, Riwi pun berpesan kepada masyarakat agar tidak melakukan aksi spekulasi gila – gilaan seperti panic buying dan panic selling, agar nilai tukar rupiah tidak semakin merosot.