Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Corona, SBY: Selamatkan Ekonomi Kita, Selamatkan Rakyat

Gejolak perekonomian global akibat pandemi corona saat ini terbilang serius yang nampak dalam dinamika dan perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia sebulan terakhir.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyapa warga saat mengunjungi kota Pekanbaru, Pekanbaru, Riau, Minggu (16/12/2018)./ANTARA-Aswaddy Hamid
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyapa warga saat mengunjungi kota Pekanbaru, Pekanbaru, Riau, Minggu (16/12/2018)./ANTARA-Aswaddy Hamid

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona atau COVID - 19 telah menimbukan gejolak ekonomi global. Oleh karena itu, pemerintah perlu menetapkan kebijakan responsif dengan tindakan yang sigap dan tepat.

Hal itu ditekankan Presidan RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono kepada pemerintah yang tengah menangani penyebaran wabah tersebut di Tanah Air dengan berbagai dampaknya.

"Melalui artikel ini saya hanya ingin mengingatkan agar Indonesia tidak terlambat menjalankan 'policy response' dan aksi-aksi nyata yang diperlukan. Jangan 'too little and too late'. Selamatkan ekonomi kita, selamatkan rakyat," kata pria yang akrab disapa SBY ini melalui catatannya dalam akun Facebook resminya, Selasa (17/3/2020).

SBY merincikan gejolak perekonomian global akibat pandemi corona saat ini terbilang serius. Hal itu, jelasnya, terungkap dalam dinamika dan perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia dalam sebulan ini dan terutama seminggu terakhir.

Pada periode itu, kata SBY, rontoknya harga-harga saham, minyak dan nilai tukar, serta berbagi pukulan lain menggoyahkan pilar dan fundamental perekonomian banyak negara. Tak Terkecuali Indonesia.

"Saya jadi teringat krisis ekonomi global tahun 1998 dan tahun 2008. Tahun 1998 ekonomi Indonesia tidak selamat, sementara tahun 2008 kita selamat. Dalam arti, kita dapat meminimalkan dampak krisis ekonomi global tahun 2008."

SBY mengatakan banyak pakar ekonomi, pemimpin dunia usaha dan bahkan elemen pemerintah di banyak negara yang khawatir gejolak ini bisa membuat dunia jatuh ke dalam resesi yang dalam dan panjang. Bahkan, jelasnya, ada yang mencemaskan kalau krisis ini jauh lebih berat dibandingkan krisis 1998 dan 2008.

Apalagi, sebutnya, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, telah menjalankan kebijakan moneter dan tindakan berskala besar, antara lain mengalirkan dana US$700 miliar dan sejumlah tindakan moneter (bagian dari Quantative Easing).

"Yang mengerti ekonomi, kalau The Fed sudah ;menembakkan peluru kendali' seperti ini, berarti situasi sudah serius. Berbagai bank sentral di seluruh dunia juga melakukan langkah-langkah yang serupa. Bahkan para pemimpin G7 telah meminta agar IMF dan Bank Dunia membantu negara-negara yang memerlukan."

SBY mengakui kondisi ini mengingatkannya pada apa yang terjadi pada 2008 dan tahun-tahun setelah itu. Kala itu, jelas dia, Indonesia menghadapi krisis berskala besar dengan jalan yang tak selalu mudah.

Menurutnya, berbagai policy response yang dilakukan secara kolektif oleh dunia, baik moneter maupun fiskal, pun tak serta merta menenangkan dan 'menjinakkan' pasar. 

"Ternyata tak segampang itu. Untuk meredakan badai ekonomi diperlukan penanganan bersama yang serius dan terus-menerus. Tentu termasuk kebijakan dan tindakan yang dilakukan secara nasional, di masing-masing negara."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper