Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Property Watch (IPW) menilai bahwa selain investor, kalangan segmen pengguna (end user) juga akan menahan realisasi pembelian properti untuk sementara waktu.
Salah satu faktor yang menjadi penghambat pembelian segmen pengguna adalah adanya sentimen virus corona (covid-19) yang dinilai turut berimbas pada industri properti karena sentimen ini terus meluas secara global.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menyatakan bahwa segmen ini sebetulnya terbilang sangat gemuk untuk penyerapan pasar properti dengan nilai Rp1 miliar ke bawah.
Ali menyatakan bahwa segmen gemuk ini sebenarnya dapat turut berkontribusi untuk mendongkrak sektor properti di tahun ini di tengah segmen investor yang masih tertahan. Hanya saja, kondisi di lapangan justru sebaliknya.
Ali menuturkan bahwa sebanyak 35 persen segmen pengguna nyatanya mencoba untuk menahan realisasi pembelian properti. Penahanan pembelian properti itu, kata dia, hingga batas waktu yang belum dapat ditentukan.
"Dengan kondisi ini akan memaksa pasar properti sedikit kehilangan pasarnya untuk sementara waktu," kata dia, pada Minggu (15/3/2020).
Baca Juga
Melihat situasi ini, Ali menilai bahwa pemerintah juga sudah harus memikirkan upaya lain agar industri properti terus bergerak di tengah adanya pelbagai hal yang menjadi hambatan.
Ali menyadari bahwa pemerintah sebelumnya telah menganggarkan Rp1,5 triliun yang terdiri dari Subsidi Selisih Bunga sebesar Rp800 miliar dan tambahan Subsidi Bantuan Uang Muka Rp700 miliar sebagai antisipasi dampak virus corona.
Subsidi untuk kalangan masyarakat berpengasilan rendah (MBR) itu akan menambah menjadi 330.000 unit rumah dan dinilai sudah mencukupi walau seiring waktu akan terjadi penambahan permintaan.
Namun, Ali menilai bahwa selain kalangan MBR, pemerintah juga disarankan memberikan subsidi lain yang menyasar kalangan menengah dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp7,5 juta. Menurut dia, segmen tanggung ini memiliki ceruk pasar yang bagus.
"Pemerintah harus memberikan perhatian juga untuk golongan ini meskipun tidak sebesar MBR," ujar dia.
Ali menyatakan bahwa subsidi untuk perumahan masih harus didorong mengingat subsidi terbesar pemerintah lebih besar diarahkan untuk sektor migas senilai Rp75,3 triliun.
Dengan adanya subsidi untuk kalangan menengah, Ali percaya industri properti akan menjadi lokomotif karena memiliki multiplier effect bagi ratusan industri lainnya. Adapun subsidi yang diberikan bisa bersifat sementara bisa melalui subsidi bunga, pengurangan pajak hingga instrumen lainnya.
"Dengan harga properti yang semakin tinggi, perlu adanya insentif agar mereka [kalangan menengah] dapat merealisasikan pembelian properti pada tahun ini," kata Ali.