Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Hantui Penerimaan Cadev Tahun Ini

Pasalnya, penyebaran Corona memukul sektor - sektor sumber devisa seperti perdagangan dan pariwisata di dalam negeri.
Sebuah truk menunggu muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat
Sebuah truk menunggu muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2020 sebesar US$130,4 miliar, turun tipis dibandingkan dengan akhir Januari 2020 US$131,7 miliar.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ada risiko tinggi yang membayangi arus cadangan devisa Indonesia sepanjang tahun ini.

"Sikap moneter The Fed yang lebih dovish dan langkah pemerintah dan Bank Indonesia mempertahankan tingkat inflasi membuat imbal hasil [yield] aset keuangan Indonesia relatif menarik di mata investor," ujarnya seperti dikutip dalam riset, Jumat (6/3/2020).

Meski demikian, dia menilai risiko terbesar justru berasal dari situasi ketidakpastian global, yaitu wabah virus Corona (Covid-19) yang menyebar dari China ke berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia.

Penyebaran Corona, lanjutnya, tak hanya memukul sektor perdagangan (ekspor dan impor) dan geliat pariwisata di dalam negeri. Andry menilai situasi tersebut memberikan ketidakpastian dan volatilitas yang lebih tinggi ke pasar keuangan.

Hal itu terlihat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak beberapa waktu lalu.

"Kami memperkirakan CAD [current account deficit] pada tahun 2020 akan melebar ke 2,88% dari PDB atau Meningkat dari 2,72% pada tahun lalu. Nilai tukar rupiah mungkin terdepresiasi menjadi Rp14.296 per dolar AS. Melebah dibandingkan nilai tukar pada 2019 Rp13.866 per dolar AS," imbuhnya.

Bank Indonesia mencatat cadangan devisa US$130,4 miliar atau setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor.

Cadangan tersebut juga setara dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper