Bisnis.com, JAKARTA - Belum genap 6 bulan menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir telah membuat banyak gebrakan. Bahkan, dalam dalam 100 hari pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, Erick tercatat sebagai menteri paling disukai publik, berdasarkan survei Indonesia Political Opinion (IPO).
Namun, tidak sedikit yang menyayangkan berbagai gebrakan Erick Thohir itu sekadar asal gebrak dan menimbulkan kegaduhan. Langkah konkret dari figur Erick Thohir lebih dinantikan para pelaku pasar.
Pada pertengahan bulan ini, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) rontok. Dua hari berturut-turut, saham TLKM turun 2,36 persen (13 Februari 2020) dan 2,41 persen (14 Februari 2020).
Harga saham TLKM terkoreksi tepat sehari setelah Erick secara terbuka mengkritik kinerja Telkom. Dia menilai Telkom gagal mengembangkan bisnis di era digital dan menyindir kinerja Telkom tertolong anak usahanya, PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel. Kritik Erick memang pedas. Dia bahkan bilang, lebih baik tidak ada Telkom dan pemerintah memiliki Telkomsel secara langsung.
Komentar pedas sang menteri menuai sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Mufti Anam ketika menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan Erick pekan lalu.
Mufti menilai kritik Erick tidak perlu disampaikan secara terbuka karena bisa memberikan dampak negatif yang tidak kecil. "Bayangkan Pak itu kata-kata Bapak rontokkan saham Telkom. Harapan kami lakukan lebih smooth," ujarnya.
Baca Juga
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menteri BUMN Erick Thohir saat peresmian landasan pacu tiga Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), East Connection Taxiway (ECT), terminal tiga dan gedung VIP Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Kamis (23/1/2020). - FOTO / Puspa Perwitasari
Erick berkilah kritik yang dia sampaikan ke Telkom bukan dimaksudkan untuk mengguncang pasar saham. Lagi pula, kritik tidak hanya ditujukan kepada Telkom. Dia juga sempat menyentil kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang dinilai mencetak kinerja di bawah bank papan atas lainnya.
“Gaya saya ke BNI, ke Telkom, itu bukan bagian saya menjatuhkan, justru supaya direspons dengan hasil oleh mereka,” ujarnya, Kamis (20/2/2020).
Namun, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menyangsikan alasan Erick. Alih-alih mendorong perbaikan kinerja, komentar Erick justru dinilai menimbulkan kegaduhan di pasar saham. Teguran maupun kritik, lanjut Alfred lebih baik disampaikan ke internal manajemen.
Menurut Alfred, upaya perbaikan kinerja sebaiknya tidak menimbulkan kegaduhan. Komentar secara terbuka, apalagi dari seorang Menteri BUMN bisa menimbulkan persepsi liar.
"Kalau sudah masuk konsumsi publik, asumsinya berkembang jadi liar. Akrobat seperti itu dilihat sebagai tendensi kepada volatilitas,” jelasnya kepada Bisnis.
Harus diakui, Erick memang punya ambisi besar di Kementerian BUMN. Dia berharap laba bersih BUMN bisa mencapai Rp300 triliun pada 2024 mendatang atau naik 66 persen dibandingkan posisi 2018 sebanyak Rp180 triliun.
Erick menetapkan lima prioritas untuk membenahi BUMN. Kelima pilar prioritas itu yakni inovasi, nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, kepemimpinan teknologi, peningkatan investasi, dan pengembangan talenta. Prioritas ini diharapkan dapat menjembatani pemerintah dalam mencapai target ambisius dalam 5 tahun ke depan.
Dalam roadmap atau peta jalan yang disusun Kementerian BUMN, salah satu strategi utama dalam mencapai target itu adalah melakukan restrukturisasi perusahaan pelat merah. Restrukturisasi ini meliputi klasterisasi, penggabungan usaha, dan likuidasi BUMN.
Untuk melakukan berbagai rencana restrukturisasi ini, Kementerian BUMN masih menunggu perubahan regulasi, yaitu revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 2005. Beleid ini mengatur Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara.
Perampingan juga dilakukan melalui perubahan struktur di Kementerian BUMN. Deputi dan Sesmen kini lebih berfokus menyisir persoalan BUMN dari beberapa sisi, seperti Hukum dan Perundangan, Keuangan dan Pengembangan UMKM, Keuangan dan Manajemen Risiko, dan Sumber Daya Manusia.
Berbagai rencana yang disiapkan oleh Erick mendatangkan berbagai tanggapan positif . Salah satunya, dari Pengamat BUMN sekaligus Kepala Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto yang menilai restrukturisasi dapat menjadi solusi tepat.
“Saatnya likuidasi BUMN yang tidak sehat dan manfaat publiknya sudah menurun karena sudah ada substitusinya. Likuidasi bisa lebih cepat dieksekusi,” katanya kepada Bisnis.
Namun demikian, dia mengatakan bahwa target yang diusung Erick dalam 5 tahun ke depan terlalu optimistis. Kondisi BUMN saat ini masih memerlukan banyak pembenahan dan penguatan fondasi untuk mencapai target tersebut.
Perkembangan aset dan laba BUMN hingga 2019./Bisnis
Di sisi lain, Direktur Eksekutif CORE Piter Abdullah menilai sejauh ini Erick belum menunjukkan tindakan konkret dalam mengembangkan BUMN. Menurutnya, realistis atau tidaknya target pertumbuhan 50 persen akan bergantung pada rencana yang sedang disusun Kementerian.
“Saya pikir belum ada perbedaan yang signifikan antara Pak Erick dengan Ibu Rini [Menteri BUMN sebelumnya]. Kalau soal Pak Erick memainkan drama yang berbeda dengan Ibu Rini, itu jelas,” ujarnya.
Sementara itu, Alfred berpendapat, pelaku pasar bukan hanya menunggu langkah atau terobosan yang dibawa sang Menteri. Investor, lanjutnya, justru akan lebih memperhatikan bagaimana Erick bisa memberikan kepastian terhadap keberlangsungan bisnis BUMN.
Hal itu akan terlihat dari penyusunan program yang kuat dan dapat dilanjutkan oleh penerusnya kelak. Di sisi lain, Erick juga akan diuji dengan sikapnya dalam melanjutkan kebijakan atau program yang disusun pendahulunya.
“Pasar tidak melihat bahwa Erick Thohir lebih bagus atau tidak. Tetapi apakah ada satu garis lurus kebijakan yang konsisten atau tidak,” tuturnya.
Sisa periode kepemimpinannya sebagai Menteri BUMN masih cukup panjang untuk membantah setiap keraguan, ataupun sebaliknya. Aksi akrobatik sang menteri ini baru awalan. Pasar masih menunggu akrobat lain Menteri Erick yang lebih konkret dan signifikan.