Bisnis.com, Ekonom Bank UOB Enrico Tanuwidjaja memprediksi perekonomian Indonesia bisa bertahan di level 5%, meskipun saat ini dunia sedang diterpa wabah virus corona.
Menurutnya, penyebaran virus corona yang datang secara tiba-tiba memang tidak bisa diantisipasi pihak manapun. Pemerintah Indonesia harus memitigasi strategi untuk menggenjot perekonomian dalam negeri.
"Mesin utama perekonomian kita masih sama, yaitu konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tahun ini seharusnya lebih baik karena pemerintah sudah melakukan kebijakan fiskal cukup baik sejak akhir tahun lalu," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (11/2/2020).
Perlambatan ekonomi China akibat wabah virus corona pasti berdampak pada rantai pasokan (supply chain) Indonesia. Selain negara tujuan ekspor dan impor terbesar, Indonesia juga akan kehilangan potensi dari sektor jasa, yaitu wisatawan asal China.
Namun, Enrico mengatakan pemerintah dapat mencari negara-negara lain untuk menggantikan posisi China, khususnya terkait ekspor dan impor barang modal serta bahan makanan.
"Pasti ada negara lain yang bisa menggantikan posisi China sebagai tujuan dagang. Yang membedakan mungkin harga sedikit mahal karena barang-barang dari China sangat kompetitif," ungkapnya.
Selain itu, dia juga menilai faktor lain yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya harga CPO dan peningkatan investasi asing di Indonesia. Menurutnya, membaiknya harga CPO secara langsung dan tidak langsung mampu mendorong konsumsi rumah tangga.
Di sisi lain, Enrico optimistis investasi asing dapat bertambah pada tahun ini lantaran pemerintah telah menyiapkan Omnibus Law untuk mempercepat proses perizinan. Penekanan status rating Baa2 dari Moody's juga memberikan sentimen positif terhadap investor yang ingin menanamkan modal di Indonesia.
"Kami optimistis pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1 persen-5,2 persen hingga akhir 2020. Dengan catatan, pemerintah melakukan reformasi struktural lewat Omnibus Law dan pertumbuhan investasi langsung," tuturnya.