Bisnis.com, BOGOR - Menteri Keuangan Sri Mulyani terus memantau dampak virus Corona terhadap sektor keuangan di dalam negeri. Sejauh ini belum ada risiko yang tampak dari pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan.
“Sampai hari ini belum [dampak Corona ke sektor keuangan]. Nanti kita antisipasi mengenai kondisinya,” kata Menkeu usai rapat paripurna di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2/2020).
Adapun risiko kredit di Indonesia sepanjang 2019 sempat dalam tren peningkatan. Rasio kredit bermasalah perbankan pada posisi 2,53 persen, naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, China tengah berhadapan dengan ancaman terhadap sistem perbankan di tengah penanganan wabah virus corona. Pasalnya Beijing tengah membenahi krisisi perbankan regional.
Perbankan Negeri Tirai Bambu sebelumnya mengalami gagal bayar akibat ekonomi tahun lalu mengalami perlambatan paling buruk dalam tiga dekade terakhir. Saat itu, sistem perbankan nasional China terpukul dan memaksa tindakan penyitaan bank yang pertama kali dalam dua dekade terakhir.
“Wabah telah merusak bisnis kecil yang paling bersemangat di China. Jika itu berlanjut, banyak perusahaan akan bangkrut dan tidak mampu membayar kembali pinjaman mereka,” kata You Chun, analis Shanghai National Institution for Finance & Development.
Perusahaan pemeringkat utang S&P Global memperkirakan skenario terburuk akan menyebabkan kredit bermasalah membengkak hingga 5,6 triliun yuan atau US$800 miliar dengan rasio sekitar 6,3 persen. Bank-bank dengan operasi yang terkonsentrasi di Provinsi Hubei dan ibu kotanya, Wuhan, akan mengalami kenaikan pinjaman bermasalah paling tinggi.
Wilayah ini memiliki 4,6 triliun yuan pinjaman yang disalurkan oleh 160 bank lokal dan asing pada akhir 2018, dengan lebih dari setengahnya berada di Wuhan. Menurut data resmi, lima bank negara besar menyalurkan 2,6 triliun yuan di wilayah itu, diikuti oleh 78 pemberi pinjaman pedesaan setempat.
Wabah virus ini datang setelah perang dagang antara AS dengan China membuat banyak bank kekurangan modal. Meskipun demikian, otoritas setempat meminta bank-bank besar, termasuk Industrial and Commercial Bank of China Ltd., menyalurkan pinjaman lebih murah pada usaha kecil.
Wakil Ketua Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China Zhou Liang mengatakan potensi peningkatan kredit bermasalah sejauh ini dapat dikelola. Menurut dia, kreditur China mencatatkan kredit bermasalah hanya 3 triliun yuan tahun lalu, seraya menambahkan rasio kredit bermasalah usaha kecil hanya 3,22 persen.