Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wabah Virus Corona Meningkat, Investor di China Mulai Gigit Jari

Pasar saham China jatuh pada pembukaan di sesi pertama sejak 23 Januari 2020. Hal ini terjadi bersamaan dengan catatan pemerintah China bahwa korban meninggal akibat virus corona mencapai 361 jiwa. Angka ini melesat dari temuan pada sehari sebelumnya, Minggu yang baru 304.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com JAKARTA -- Investor di China mulai khawatir seiring dengan anjloknya nilai saham China hingga US$400 miliar dalam sesi perdagangan pertama pada hari Senin setelah libur Imlek diperpanjang.

Pasar saham China jatuh pada pembukaan di sesi pertama sejak 23 Januari 2020. Hal ini terjadi bersamaan dengan catatan pemerintah China bahwa korban meninggal akibat virus corona mencapai 361 jiwa. Angka ini melesat dari temuan pada sehari sebelumnya, Minggu yang baru 304.

Jumlah infeksi baru yang dikonfirmasi di Cina naik 2.829, sehingga total menjadi 17.205.

Investor yang gelisah menghapus US$420 miliar dari saham China, dengan indeks Shanghai Composite turun 8% hingga mencapai level terendah selama satu tahun, menurut perhitungan Reuters.

Yuan mulai diperdagangkan pada level terlemahnya tahun ini. Besi, minyak dan tembaga yang diperdagangkan di Shanghai semuanya turun sesuai batas hariannya, menyusul penurunan harga global karena penyebaran virus telah membebani prospek pertumbuhan dunia.

Dalam upaya mencegah kepanikan, bank sentral China menyuntikkan dana 1,2 triliun yuan (US$173,8 miliar) ke pasar melalui operasi reverse repo pada hari Senin.

Jaringan televisi CCTV melaporkan pemerintah akan membantu perusahaan yang memproduksi komoditas vital melanjutkan agar operasional sesegera mungkin.

Sinopec Corp China, kilang terbesar di Asia, akan memangkas produksi kilang bulan ini sekitar 600.000 barel per hari, kira-kira 12% dari rata-rata produksi harian tahun lalu.

Sementara itu, liburan Imlek diperpanjang sebagai respons pengendalian virus. Sejumlah pabrik meliburkan karyawannya hingga 13 Februari 2020. 

Wuhan dan kota-kota di sekitarnya masih mengisolasi wilayahnya sehingga membuat China menghadapi keterasingan internasional akibat pembatasan penerbangan ke dan dari negara itu.

Hal ini dilakukan usai ditemukannya 171 kasus virus corona di berbagai belahan dunia seperti, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Hong Kong, dan Inggris.

WHO telah menyatakan wabah corona sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional, tetapi pembatasan perdagangan dan perjalanan global tidak diperlukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper