Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Kontribusi CPO Terhadap Total Ekspor RI Bakal Meningkat

Kontribusi ekspor komoditas minyak nabati tersebut berpotensi terangkat dan membaik dibandingkan dengan kondisi pada 2019.
Proses pemuatan buah kelapa sawit di perkebunan di Mamuju, Sulawesi Barat/Antara-Sahrul Manda Tikupadang
Proses pemuatan buah kelapa sawit di perkebunan di Mamuju, Sulawesi Barat/Antara-Sahrul Manda Tikupadang

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor sawit pada 2020 diperkirakan mengalami tren positif yang didukung dengan kondisi harga serta permintaan yang meningkat.

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus berpendapat kontribusi ekspor komoditas minyak nabati tersebut berpotensi terangkat dibandingkan dengan 2019. Adapun dari dinamika perdagangan global, dia menilai permintaan masih bakal tinggi meskipun hambatan dari Uni Eropa yang merupakan pasar utama Indonesia masih terus dibentangkan.

"Ketika ada dinamika dengan Uni Eropa, kita tidak tinggal diam dan bahkan melanjutkan gugatan ke WTO. Selain itu kita pun terbuka pada konsultasi dan diskusi dengan berlandaskan aspek akademis. Saya kira ke depan hal ini bisa disanggah dan yang terpenting adalah memperbaiki citra sawit," ujar Ahmad kepada Bisnis, Senin (3/2/2020).

Hambatan dari Uni Eropa sendiri dinilai Ahmad bisa memberi dampak positif bagi Indonesia karena bisa memacu hilirisasi. Dari segi perdagangan, Indonesia diniliainya tetap bisa mengandalkan pasar Asia Selatan yang terus tumbuh meski ekspor ke Uni Eropa berpotensi terkoreksi.

"Sawit setidaknya menyerap 35 persen dari total kebutuhan minyak nabati Eropa. Permintaan global pun meningkat dan sejauh ini sawit menjadi yang paling efisien," ujar Ahmad.

Senada, Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono pun mengemukakan bahwa 2020 bakal menjadi momentum bagi sawit. Dia berpendapat hal ini didukung kondisi pasar dalam negeri dan luar negeri yang besar.

"Perlawanan di tingkat global pun saya lihat mereda. Ada negara-negara di Eropa yang terbuka dan tak menentang, seperti di Prancis yang bahkan ada perlawanan dari dalam negeri," kata Handito.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper