Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan pusat perbelanjaan yang digabung dengan hunian akan memberikan imbal hasil sewa yang baik dalam jangka panjang.
Aleviery Akbar, Penilai Properti dari Kantor Jasa Penilai Publik Herly, Ariawan & Rekan (KJPPHAR) menyebutkan investasi besar yang dikucurkan dalam pusat perbelanjaan yang dicampur dengan hunian ini memang disiapkan untuk jangka panjang. Investor telah menyiapkan strategi untuk dapat terus tumbuh dan memperoleh titik impas atau Break Even Point dalam 8 tahun sampai 10 tahun.
"Jadi sebenarnya lebih sebagai penunjang [fasilitas bagi] penghuni di samping mengambil pasar dari luar," kata Aleviery saat dihubungi, Sabtu (1/2/2020).
Menurut Aleviery, pasar ritel dinilai masih prospektif seiring dengan minat tenant. Bahkan dalam sejumlah kasus pengembang telah memiliki calon penyewa baru sebelum sebelumn tenant lama keluar.
Mantan Associate Director Residential Sales & Leasing Colliers International itu menyatakan saat ini tekanan bagi pengelola pusat perbelanjaan yang menggarap segmen menengah bawah. Usaha perdagangan elektronik yang menggerus segmen penyewa besarnya seperti Matahari dan Ramayana harus berinovasi untuk mendatangkan pelanggan.
"Artinya e-commerce memang berdampak pada pasar ritel. Pusat perbelanjaan dengan konsep family lifestyle akan tetap bertahan dan membukukan keuntungan," katanya.
Baca Juga
Dia menyebutkan konsep yang kuat dari sebuah pusat perbelanjaan saat ini menjadi kunci mempertahankan pelanggan. Kebutuhan masyarakat akan ruang publik yang bisa berinteraksi secara fisik menjadi keunggulan dibandingkan dagang-el.
"Peluang lainnya adalah jika pertumbuhan ekonomi membaik maka peritel yang sekarang bisa bertahan akan membawa keuntungan yang besar. Kalau konsepnya trade center tidak akan bisa bertahan," tutupnya.