Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve Amerika Serikat (AS) dijadwalkan untuk menelurkan hasil pertemuan kebijakan terbarunya pada Rabu (29/1/2020) atau Kamis (30/1/2020) WIB.
Dalam hasil pertemuannya nanti, bank sentral AS tersebut diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 1,50 persen – 1,75 persen. Sejurus kemudian, Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan memberikan keterangan kepada awak media.
Sejak memangkas suku bunganya pada Oktober, pemangkasan ketiga dan terakhir kalinya sepanjang tahun 2019, para pembuat kebijakan The Fed telah sepakat untuk mempertahankan target kebijakan suku bunga mereka di kisaran tersebut sampai terlihat perubahan signifikan dalam prospek ekonomi.
Kendati demikian, sejak pertemuan kebijakan lanjutan The Fed pada Desember 2019, data ekonomi AS tampak tak banyak memberi dukungan ekspektasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tahun ini yaitu sekitar 2 persen serta tingkat pengangguran yang stabil dan rendah.
Beberapa risiko bahkan mungkin telah meningkat, termasuk kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi China akibat dampak wabah virus corona (coronavirus) baru. Imbasnya, yield obligasi Treasury AS telah menurun.
Sementara itu, dari dalam negeri, Presiden AS Donald Trump pada Selasa (28/1/2020) menegaskan kembali keinginannya untuk suku bunga yang lebih rendah.
Trump diketahui telah berulang kali mengecam The Fed dan pimpinannya, Jerome Powell, karena mempertahankan kebijakan moneter yang dianggapnya terlalu ketat.
Meski investor telah meningkatkan pertaruhan bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada 2020, sebagian analis masih sepakat bahwa keputusan macam ini baru akan diambil berbulan-bulan ke depan.
Sebanyak 95 dari 108 ekonom yang disurvei Reuters baru-baru ini memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan yang berakhir hari ini waktu setempat.
Analis JP Morgan Michael Feroli mengatakan pertemuan tersebut kemungkinan akan menjadi "salah satu pertemuan paling tidak penting dalam beberapa tahun terakhir".
Namun, konsensus yang solid soal suku bunga The Fed tak berarti agenda pertemuan yang tanpa potensi kejutan.
The Fed diperkirakan akan segera memutuskan berapa lama lagi akan melanjutkan praktik pembelian obligasi Treasury AS senilai US$60 miliar per bulan.
Selain itu, The Fed kemungkinan juga akan menentukan bagaimana mengurangi program itu dan apa yang akan menggantikannya sebagai perbaikan jangka panjang untuk manajemen pasar pendanaan bank berjangka pendek.
Memompa likuiditas ekstra ke dalam sistem perbankan setiap bulan telah memungkinkan The Fed untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek dalam kisaran target.
Tapi ini dianggap kurang dari perbaikan yang ideal. Ini berarti The Fed setiap bulan melakukan penambahan pada asetnya yang bernilai sekitar US$4 triliun. Beberapa pembuat kebijakan lebih suka The Fed memiliki neraca yang lebih kecil jika memungkinkan.
Hal tersebut juga menciptakan kesan bahwa The Fed terlibat dalam pengurangan bentuk "pelonggaran kuantitatif" yang digunakannya untuk menopang perekonomian sebagai respons terhadap resesi 2007-2009.
Pejabat Fed menentang perbandingan itu, tetapi mereka menghadapi masalah bagaimana mengurangi pembelian bulanan tanpa risiko kejatuhan di pasar aset, di mana likuiditas ekstra bank sentral dianggap sebagai "penarik" yang membantu mengangkat harga.
“Pertanyaannya adalah kapan, bukan apakah, pertumbuhan neraca berhenti. Kami memperkirakan Powell akan menyampaikan pesan ini tetapi tetap tak pasti soal waktunya, untuk saat ini,” tulis Analis Cornerstone Macro, Roberto Perli.