Bisnis.com, JAKARTA -- Organisasi Baja Dunia (World Steel Association) menyebutkan produksi baja di hampir seluruh dunia terkontraksi pada 2019 kecuali di Asia dan Timur Tengah, di mana salah satunya China. Adapun, produksi baja di kedua kawasan tersebut masing-masing tumbuh 5,9 persen dan 20,5 persen secara tahunan.
Menurut organisasi tersebut, kemampuan China dalam produksi baja di dunia kembali menguat. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya pangsa pasar baja China menjadi 53,3 persen pada akhir 2019 dibandingkan dengan 50,9 persen pada tahun sebelumnya.
"Produksi baja mentah China pada 2019 mencapai 996,3 juta ton atau tumbuh 8,3 persen secara tahunan," catat organisasi tersebut, Selasa (28/1/2020).
Pertumbuhan produksi baja di Asia juga ditopang oleh produksi baja mentah India yang tumbuh 1,8 persen menjadi 111,2 juta ton. Vietnam mencatatkan pertumbuhan produksi terbesar di antara negara-negara lainnya.
Produksi baja mentah Vietnam melesat 43,2 persen menjadi 20,06 juta ton dari realisasi tahun sebelumnya sebanyak 14 juta ton. Sementara itu, negara produsen baja lain di Asia terkontraksi dengan penurunan terbesar dialami oleh Thailand yakni merosot 34,6 persen menjadi 4,19 juta ton.
Di Timur Tengah, Iran menopang pertumbuhan kawasan tersebut dengan pertumbuhan produksi sebesar 30,1 persen menjadi 31,9 juta ton. Alhasil, produksi baja di Timur Tengah naik 20,1 persen walaupun seluruh negara produsen lain tercatat terkoreksi.
Baca Juga
Terpisah, Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengatakan industri baja lokal harus dilindungi dari potensi kenaikan volume baja impor China. Menurutnya, pemerintah dapat menerbitkan aturan terkait kebijakan tarif maupun non-tarif.
“Yang lebih penting adalah pengawasan atas baja impor yang mengakali pengenaan bea masuk dengan HS [harmonize system] Code yang tidak terkena bea,” katanya.
Untuk kebijakan non-tarif, Silmy menyarankan untuk membatasi jalur masuk baja impor menjadi dua pelabuhan. Selain itu, jumlah importir juga dapat dibatasi, mengingat sebagian besar jenis baja yang dibutuhkan industri hilir sudah diproduksi di dalam negeri.