Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Input 98 Komoditas Baru Dalam Survei Biaya Hidup, Ini Rinciannya

Badan Pusat Statistik (BPS) memutakhirkan pendataan Survei Biaya Hidup (SBH) dengan memasukan 98 komoditas baru dan menghapus 101 komoditas.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memberikan paparan dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) memutakhirkan pendataan Survei Biaya Hidup (SBH) dengan memasukan 98 komoditas baru dan menghapus 101 komoditas.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pemutakhiran ini harus dilakukan mengingat terjadi pergeseran gaya hidup sehingga mempengaruhi pengeluaran masyarakat.

"Ada komoditas baru yang dimasukkan dan komoditas lama dibuang karena tidak lagi dibutuhkan," ujar Suhariyanto saat acara Sosialisasi Permutakhiran Diagram Timbang Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Nilai Tukar Petani (NTP) di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Dia merinci beberapa komoditas baru yang terpilih antara lain lampu led atau hemat energi, jasa penitipan anak, tas travel, kereta bayi, sewa tempat karaoke, obat-obatan herbal, charge, power bank, aksesoris hp dan jasa foto studio.

Sementara itu, beberapa komoditas yang hilang antara lain rantang, tarif puskemas, kalkuator, CD (tape, rekaman dan radio), handycam, VCD atau DVD, majalah remaja, tarif sewa motor, biaya kirim surat dan kapur cat tembok.

Menurutnya, adanya berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat seperti perkembangan teknologi informasi, perubahan pendapatan masyarakat, perubahan pola penawaran dan permintaan barang/jasa, perubahan kualitas dan kuantitas barang/jasa, serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat dapat mengubah pola konsumsi.

Perubahan tersebut, kata Kepala BPS, akan mengakibatkan paket komoditas dan diagaram timbang hasil SBH 2012 yang sebelumnya digunakan sebagai tahun dasar sudah tidak sesuai lagi untung menggambarkan keadaan saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper