Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri Manufaktur Harus Waspadai Faktor Global

Sejumlah peristiwa itu antara lain ketegangan hubungan antara China-Indonesia akibat konflik di perairan Natuna dan konflik Amerika Serikat - Iran, serta pemilihan presiden di Negeri Paman Sam.
Ilustrasi kawasan industri./Dok. Kemenperin
Ilustrasi kawasan industri./Dok. Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah peristiwa global diyakini berpengaruh signifikan ke sektor manufaktur. Oleh karena itu, pemangku kepentingan di sektor industri perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi tersebut.

Sejumlah peristiwa itu antara lain ketegangan hubungan antara China-Indonesia akibat konflik di perairan Natuna dan konflik Amerika Serikat - Iran, serta pemilihan presiden di Negeri Paman Sam.

Johnny Darmawan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian, mengakui faktor global juga berperan penting dalam upaya sektor manufaktur untuk bertumbuh.

Namun, dia menegaskan bahwa pelaku industri harus tetap optimistis untuk menghadapi berbagai situasi yang berdampak pada perekonomian. Menurutnya, pasar domestik masih akan tetap potensial untuk digarap oleh pelaku industri.

"Kami harus tetap optimistis, tetapi juga tidak terlalu percaya diri berlebihan," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (5/1/2020).

Johnny mengatakan saat ini sentimen global akan berpengaruh pada manufaktur nasional lantaran Indonesia masih cukup banyak mengimpor bahan baku, termasuk dari China. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dan pelaku industri bisa terus berupaya menciptakan subtitusi impor guna melengkapi rantai pasok di dalam negeri.

Di sisi lain, dia menyoroti dampak dari ketegangan Amerika Serikat dan Iran, serta pemilihan presiden di Negeri Paman Sam. Menurutnya, sejumlah peristiwa itu bisa berdampak pada ekonomi global dan secara khusus pada harga minyak.

"Kalau harga minyak naik terus dan melebihi US$70 per barel Indonesia bisa terkena masalah sebab masih net importir," jelasnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono menilai bahwa sejauh ini industri kimia hilir tidak bergantung pada impor bahan baku dari China. Produk jadi, khususnya plastik, asal Negeri Tirai Bambu justru cukup besar diekspor ke Indonesia.

Bila eskalasi ketegangan berlanjut di antara kedua negara, jelas dia, maka pelaku industri di dalam negeri perlu memanfaatkan momentum tersebut. Utilitas produksi plastik di dalam negeri perlu dipacu untuk menggantikan impor produk tersebut.

"Itu sebenarnya menjadi peluang bagi bila hubungan kedua negara kian memanas. Kita memang harus bahu membahu untuk menaikkan utilisasi industri plastik," ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/1/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper