Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Selisih Target Lifting Minyak 2020, SKK Migas Siapkan Sejumlah Program

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah menggodok sejumlah program untuk mengatasi selisih target lifting pada rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) dengan target APBN 2020.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memantau progress lifting akhir tahun di Terminal Senipah yang dioperatori Pertamina Hulu Mahakam, Jumat (27/12/2019)./Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memantau progress lifting akhir tahun di Terminal Senipah yang dioperatori Pertamina Hulu Mahakam, Jumat (27/12/2019)./Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah menggodok sejumlah strategi untuk mengatasi selisih target lifting pada rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) dengan target APBN 2020.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan selisih target lifting minyak pada APBN 2020 dengan WP&B 2020 mencapai 50.000 barel per hari (bph). Saat ini, SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) masih membahas sejumlah upaya untuk mengatasi selisih target tersebut.

Menurutnya, selisih target memang terus terjadi karena target APBN yang dibuat tidak menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada 2019 misalnya, target lifting minyak APBN 2019 ditargetkan sebanyak 775.000 bph, tetapi target WP&B 2019 hanya sebanyak 730.000 bph. 

Adapun SKK Migas memiliki program fill in gap untuk mengatasi selisih tersebut. Hasilnya, pada 2019 selisih mampu ditekan, dari target lifting awal 730.000 bph dapat terealisasi 750.000 bph. 

"Usaha sambil jalan, diskusi terus dengan KKKS bagaimana mengisi gap tadi," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu. 

Dia menjelaskan salah satu program untuk menekan selisih lifting pada 2020 adalah mengoptimalkan produksi migas ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang mengelola Blok Cepu. Terkait hal tersebut, EMCL memerlukan perubahan izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) untuk dapat meningkatkan produksinya. 

Saat ini, produksi minyak terbesar datang dari blok Cepu sebesar 216.000 barel bph, melewati kinerja produksi Blok Rokan yang dipatok sebanyak 190.000 bph pada 2019.

Hasil produksi minyak dari Blok Cepu didapatkan dari kinerja EMCL di Lapangan Banyu Urip dengan kapasitas produksi berdasarkan amdal sebanyak 220.000 bph. Selain Banyu Urip, pekan lalu ExxonMobil telah mengoperasikan produksi minyak dari Lapangan Kedung Keris dengan kapasitas 10.000 bph.

Apabila ExxonMobil mampu menyelesaikan revisi amdal, pada 2020 akan ada tambahan 10.000 bph. 

"Berarti itu akan mengurangi gap yang tadinya 50.000 bph. Sekarang kami cari lagi cara untuk menekan selisih 40.000 bph," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper