Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga Akhir 2019, Sri Mulyani Optimistis Defisit Keseimbangan Primer Mengecil

Untuk diketahui, defisit anggaran per November 2019 melebar ke angka Rp368,94 triliun atau 2,3% dari PDB. Dengan ini, defisit keseimbangan primer pun melebar menjadi Rp101,31 triliun atau lima kali lipat dari nominal yang dipatok APBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan kinerja APBN KITA Edisi November 2019 di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Istimewa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan kinerja APBN KITA Edisi November 2019 di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit keseimbangan primer masih memiliki peluang untuk turun pada akhir tahun. Hal ini seiring dengan proyeksi Kementerian Keuangan yang memperkirakan defisit anggaran akan berada pada angka 2,22% dari PDB.

"Defisit anggaran akan lebih rendah dari posisi akhir November 2019, jadi mungkin defisit keseimbangan primer juga akan lebih rendah," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Kamis (19/12/2019).

Untuk diketahui, defisit anggaran per November 2019 melebar ke angka Rp368,94 triliun atau 2,3% dari PDB. Dengan ini, defisit keseimbangan primer pun melebar menjadi Rp101,31 triliun atau lima kali lipat dari nominal yang dipatok APBN.

Hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di mana defisit keseimbangan primer tercatat hanya Rp28,58 triliun atau 32,72% dari target APBN 2018 yang sebesar Rp87,33 triliun.

Merujuk pada Nota Keuangan APBN 2020, pemerintah menargetkan defisit keseimbangan primer yang rendah pada angka Rp12,01 triliun dengan defisit anggaran sebesar Rp307,22 triliun atau 1,76% dari PDB.

Apabila merujuk pada postur makro fiskal jangka menengah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2020, pemerintah memproyeksikan defisit nerca primer bakal mulai positif pada rentang 0%-0,23% dari PDB dan pada 2024 akan terus positif pada rentang 0,29%-0,48% dari PDB.

Dengan ini, defisit anggaran diproyeksikan tetap pada angka defisit sebesar 1,75%-1,52% dari PDB pada 2020 dan akan terus menyusut pada rentang 1,44%-1,27% dari PDB pada 2024.

Untuk mendukung hal rencana tersebut, tax ratio diproyeksikan mencapai 11,8%-12,4% dari PDB pada 2020 dan akan terus meningkat menjadi 12,5%-13,7% pada 2024.

Secara jangka panjang, dalam KEM-PPKF 2020 pemerintah berargumen bahwa penerimaan perpajakan perlu berada pada kisaran 15% dari PDB dengan asumsi extra effort sebesar 5%.

Hal ini perlu didukung dengan reformasi yang mampu memberikan stimulus kepada perekonomian sehingga dapat tumbuh pada angka 6%-7% setiap tahunnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper