Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus menggenjot ekspor produk-produk dalam negeri untuk dipasarkan ke China. Berdasarkan data dari Pusat Data Statistik, China merupakan pangsa pasar ekspor terbesar dengan kontribusi sebesar 16,4 perseb atau senilai US$21,12 miliar sepanjang Januari hingga Oktober 2019.
Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia dan China masih defisit. Pasalnya, jumlah impor barang nonmigas asal China sepanjang Januari hingga Oktober 2019 mencapai US$36,32 miliar atau berkontribusi sebesar 29,46% dari seluruh nilai impor.
Duta Besar RI untuk Republik Rakyat China Djauhari Oratmangun berkomitmen untuk terus mendorong ekspor produk lokal ke China dengan berkolaborasi bersama pejabat-pejabat di China. “Harapan kami dengan kerjasama ini defisit perdagangan Indonesia dan China dapat berkurang,” ujarnya, dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Sabtu (14/12/2019).
Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward yang mengatakan bahwa Kemendag siap membantu industri dalam negeri yang ingin memasarkan produknya ke dunia.
“Untuk meningkatkan ekspor, Kementerian Perdagangan selalu pro aktif bersama Kementerian lainnya bersama-sama menyusun strategi di antaranya, refocus produk ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan dan diversifikasi produk ekspor,” ungkapnya.
Salah satu perusahaan yang didorong untuk memasarkan produknya ke China adalah PT Victoria Care Indonesia, produsen kosmetik dan toiletries.
Perusahaan milik Billy Hartono Salim ini telah memiliki Pabrik di kawasan Candi, Semarang, Jawa Tengah sejak 2007. Adapun di tahun 2008, pabrik tersebut telah memperoleh sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP).
Hingga saat ini, produk-produk PT. VCI tidak hanya dipasarkan di pasar domestik, namun juga sudah ke mancanegara, antara lain Brunei, Pakistan, Jepang dan Papua Nugini. “Pada tahun 2020, kami menargetkan penjualan produk naik hingga 30 persen salah satunya dengan menggenjot pasar ekspor ke China,” tuturnya.