Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Polyethylene TPIA Tekan Impor Petrokimia

Pabrik polyethylene milik TPIA ini diharapkan dapat mendorong hadirnya investasi baru di sektor petrokimia karena Indonesia masih tertinggal di sektor kimia, dibandingkan dengan negara lain.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan), Founder PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) Prajogo Pangestu (kedua kanan), Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra (kiri), Gubernur Banten Wahidin Halim (kedua kiri) menekan sirine meresmikan pabrik baru polyethylene (PE) CAP di Cilegon, Jumat (6/12/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan), Founder PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) Prajogo Pangestu (kedua kanan), Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra (kiri), Gubernur Banten Wahidin Halim (kedua kiri) menekan sirine meresmikan pabrik baru polyethylene (PE) CAP di Cilegon, Jumat (6/12/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
  • Pabrik baru PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. berkapasitas 400.000 ton per tahun ini akan mendongkrak total produksi polyethylene nasional hingga 1,19 juta ton per tahun.
  • Fasilitas yang dimiliki TPIA ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan polyethylene dan polypropylene di dalam negeri.
  • Presiden Joko Widodo berharap kompleks petrokimia tahap kedua milik Chandra Asri dapat selesai lebih cepat dalam 2 tahun.

Bisnis.com, CILEGON — Ketergantungan impor produk polyethylene akan dapat ditekan menyusul beroperasinya fasilitas produksi milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. di Cilegon Banten. Fasilitas produksi ini dipastikan akan menekan ketergantungan impor produk kimia itu hingga Rp8 triliun per tahun.

Berdasarkan data PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. (TPIA) proyek ini merupakan bagian dari rencana perusahaan dalam meningkatkan kapasitas produksi dalam 10 tahun.

Pabrik polyethylene milik TPIA ini diharapkan dapat mendorong hadirnya investasi baru di sektor petrokimia karena Indonesia masih tertinggal di sektor kimia, dibandingkan dengan negara lain.

Kebutuhan produk polyethylene menjadi seiring dengan permintaan produk plastik di masyarakat.

Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemichal Erwin Ciputra menuturkan, pabrik polyethylene dengan investasi mencapai US$380 juta akan menggantikan impor.

Menurutnya, pabrik baru dengan kapasitas 400.000 ton per tahun ini akan mendongkrak total produksi polyethylene nasional hingga 1,19 juta ton per tahun.

“Tambahan produksi ini akan menjadi substitusi impor sehingga dapat menghemat devisa Rp8 triliun per tahun,” tuturnya, Jumat (6/12).

Dalam peresmian fasilitas produksi milik TPIA yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo tersebut, Erwin menjelaskan, saat ini kebutuhan produk polyethylene mencapai 2,3 juta ton per tahun.

Kurangnya pasokan polyethylene dari dalam negeri membuat impor sangat besar. Dia mengatakan, pada 2018, impor produk kimia tersebut mencapai US$1,45 miliar atau setara Rp20,34 triliun. (lihat infografis)

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, fasilitas yang dimiliki TPIA ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan polyethylene dan polypropylene di dalam negeri. Menurutnya, fasilitas baru ini akan mengakhiri impor produk kimia dalam 4 tahun hingga 5 tahun mendatang.

“Peta jalan yang telah disusun pemerintah mengarahkan subtitusi impor bahan kimia secara bertahap. Pabrik TPIA ini menjadi salah satunya.”

Adapun, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam mengatakan, penambahan kapasitas produksi polyethylene di Cilegon itu berdampak signifikan mengurangi impor produk kimia.

Saat ini, pemerintah terus mendorong hadirnya investasi baru di sektor petrokimia agar sektor ini kian terintegrasi, dari hulu ke hilir.

Khayam menjelaskan sejak 2011, pemerintah terus bergerak menarik minat investor untuk mengembangkan sektor hulu kimia. “Kita mengejar ketertinggalan sebab masih di bawah Thailand, Malaysia dan Si­nga­pura.”

KOMPLEKS KEDUA

Di hadapan Presiden Jokowi, Erwin Ciputra juga menjelaskan, pihaknya tengah mengembangkan kompleks petrokimia kedua dengan nilai investasi Rp60 triliun hingga Rp80 triliun. Pembangunan kompleks tahap kedua ini ditargetkan selesai pada 2024 untuk mengejar pertumbuhan konsumsi di Indonesia.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo berharap kompleks petrokimia tahap kedua milik Chandra Asri dapat selesai lebih cepat dalam 2 tahun.

Menurutnya, investasi jumbo yang direalisasikan oleh anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk.—grup usaha yang dikuasai oleh Taipan Prajogo Pangestu—ini diharapkan dapat lebih banyak menggantikan produk impor di sektor petrokimia.

Kepala Negara juga memastikan akan memberikan ruang lebih luas bagi investor yang akan berinvestasi dan mengembangkan industri petrokimia di Tanah Air.

Presiden optimistis, Indonesia dapat menjadi negara pengekspor produk kimia karena masih banyak investor yang berminat mengembangkan sektor ini. “Feeling saya mengatakan, 4 hingga 5 tahun lagi kita tidak lagi impor barang-barang petrokimia. Justru kita yang mengekspor,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper