Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menginginkan adanya pasar ikan berskala internasional.
Dia menyayangkan Indonesia sebagai negara dengan samudera yang luas hingga kini tidak memiliki internasional fish market. Sementara negara lain seperti Filipina saja punya General Santos .
"Internasional fish market harus kita mulai," ujar Suharso saat hadir dalam acara rakornas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Menurut data Bappenas, katanya ada 3 lokasi yang pernah diusulkan untuk menjadi internasional fish market tetapi kala itu belum dapat sambutan meriah dari sejumlah pihak.
Lokasi pertama ada di Likupang di Sulawesi Utara yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata.
Pada 1990-an, di Likupang dibangun hotel bintang 5 dan anjungan dalam rangka memenuhi persyaratan menjadi internasional fish market.
"Menurut saya Likupang lebih cocok untuk dan siap menjadi tempat pelelangan ikan nasional karena background tersedia, ada industri perikanan, dan budidaya," tuturnya.
Di wilayah Sulawesi setidaknya ada tuna sebagai komoditas unggulan. Di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, menjadi tempat pemijahan tuna jenis blue fin dan yellow fin.
Sayangnya tuna-tuna tersebut ketika sudah besar ditangkap nelayan Jepang dan masuk ke pasar ikan di negeri sakura itu.
Dengan adanya internasional fish market, diharapkan tuna-tuna tersebut dipasarkan di dalam negeri dan membangkitkan kembali industri perikanan Indonesia.
Lokasi kedua, di wilayah Tual atau Saumlaki, Maluku. Lokasi ketiga katanya Bagansiapi-api, Riau.
"Setuju tidak bangun international fish market. Untuk infrastruktur ada Menteri PU, destinasi itu Menhub yang akan bantu. Kehadiran kami bertiga, internasional fish market benar-benar tercipta," katanya seraya melirik Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menhub Budi Karya Sumadi.
Suharso menambahkan bahwa sektor kelautan dan perikanan perikanan dalam perhitungan Bappenas berpotensi menyumbang US$100-160 miliar atau 8-11% GDP.
Oleh karena itu, sektor ini harus dibangun dengan baik untuk menambah devisa negara.